Tag: Ahli

Ahli Botani Universitas Samudra Temukan Spesies Baru Tanaman Berbunga di Sumatera



Jakarta

Sebuah spesies baru tanaman berbunga ditemukan di Sumatera bagian utara. Ahli botani dari Universitas Samudra mendapati tanaman ini di hutan campuran dataran rendah.

Spesies baru tanaman berbunga itu termasuk dalam genus Thottea, yakni genus subsemak dalam keluarga pipevine Aristolochiaceae. Tinggi pada umumnya kurang dari 1 meter dan anggotanya tersebar luas di Asia, yaitu di India sampai Sulawesi dan Filipina.

Thottea memiliki lebih dari 50 spesies yang diakui secara ilmiah. Beberapa di antara Thottea memiliki peran penting dalam pengobatan tradisional dan Ayurveda (teknik pengobatan kuno dari India).

Menurut dua ahli botani Universitas Samudra, Wendy Mustaqim dan Zulfan Ariqo, seperti dikutip dari Sci.News, salah satu pusat penyebaran genus Thottea ada di Sumatera. Pulau ini memiliki 10 spesies di antaranya.

Di Sumatera, kajian Thottea belum usai. Beberapa spesies menjadi kurang dikenal karena keterbatasan jumlah spesimen, misalnya Thottea beccarii dan Thottea tapanuliensis. Sebagian juga dideskripsikan berdasarkan bahan yang kurang lengkap, contohnya Thottea straatmanii.

Tanaman Endemik di Aceh

Spesies Thottea yang baru saja ditemukan ini memiliki tinggi 1,5 meter. Tanaman itu dinamakan Thottea beungongtanoeh, merupakan tumbuhan endemik Aceh bagian timur.

Tanaman Thottea beungongtanoeh berbunga dan berbuah pada bulan Juni. Para peneilti ini juga menjelaskan bahwa tumbuhan itu bisa dibedakan dari spesies yang lainnya karena memiliki 33 cuping, jumlah terbanyak untuk genus Thottea.

Selain itu, Thottea beungongtanoeh mempunyai perbungaan yang dekat dengan permukaan tanah. Para ahli menilai spesies ini harus digolongkan ke dalam status terancam.

“Mengikuti IUCN (2012) dan IUCN Standards and Petitions Committee (2022), spesies ini paling baik untuk sementara ditetapkan sebagai Terancam Punah,” kata mereka.

Status ini dianggap ideal karena luas habitat Thottea beungongtanoeh kurang dari 10 kilometer persegi dan hanya diketahui ada di satu lokasi. Selain itu, habitat yang tersedia menurun dan tanaman dewasanya kurang dari 50.

Penemuan mengenai Thottea beungongtanoeh oleh para botanis Universitas Samudra itu telah dipublikasikan pada November 2022 lalu di jurnal Taiwania. Artikel ilmiah mereka bertajuk “Thottea beungongtanoeh (Aristolochiaceae), a New Species from Aceh, Northern Sumatra”.

Simak Video “Tips Membuat Bonsai yang Ramah di Kantong
[Gambas:Video 20detik]
(nah/faz)

Apa Jadinya Kehidupan Tanpa Bakteri? Ahli Berikan Jawabannya

Jakarta, CNN Indonesia

Bakteri ternyata punya dampak signifikan dalam kehidupan manusia. Tanpanya, kehidupan di Bumi akan musnah.

Sepintas, bakteri kerap mendapat predikat buruk lantaran dituding menjadi penyebab dari berbagai penyakit. Tanpa bakteri, manusia pun bakal senang selama beberapa saat karena hilangnya bakteri berarti hilangnya penyakit seperti Ebola, Malaria, Flu, dll.

Namun hal tersebut tidak akan berlangsung lama. Sebaliknya, kehidupan tanpa bakteri bakal berlangsung lebih buruk.

Jika mereka hilang, dampaknya pun bakal dahsyat untuk kehidupan manusia. Melansir IFL Science, salah satu yang bakal terancam adalah pasokan pangan.

Pasalnya, bakteri mengonversi nitrogen menjadi amonia, yang dibutuhkan bagi tumbuhan untuk berfotosintesis. Tanpa itu, manusia membutuhkan penyubur buatan agar proses fotosintesis tetap bisa berlangsung.

Jika tidak, kebanyakan fotosintesis di level global akan berakhir dalam kurun waktu satu tahun. Hewan-hewan pemakan tumbuhan seperti sapi pun bakal terancam dan pada akhirnya berdampak kepada stok makanan manusia.

Dampak lain yang bakal muncul adalah melimpahnya biomassa pada level molekuler. Hal itu bakal membuat penampungan sampah biogeokimiawi besar yang tidak mampu diubah oleh entitas biologis manapun.

Lebih lanjut, tingkat karbondioksida di atmosfer juga akan meningkat drastis. Hal itu disebabkan pelepasan karbondioksida lewat pernapasan manusia dan hewan, di saat tanaman tidak bisa mengubahnya menjadi oksigen karena telah mati.

“Pemusnahan kebanyakan manusia dan kehidupan nonmikroskopis di planet ini akan mengikuti kelaparan dalam waktu yang lama, penyakit, perang sipil, anarki dan sesak nafas di level global,” tulis para ahli.

Terlepas dari hal tersebut, para ahli menolak kemungkinan musnahnya manusia jika bakteri tidak ada. Menurut mereka, manusia bisa bertahan walau kualitas kehidupan sangat buruk.

Para ahli telah mempublikasikan hasil penelitiannya di jurnal Plos Biology. Mereka menulis “Manusia bisa hidup tanpa mikroba dan baik-baik saja, untuk beberapa hari. Meskipun kualitas kehidupan di planet ini akan menjadi sangat buruk, beberapa jenis kehidupan bakal bertahan”

“Bukankah kita masih bisa makan dan mencerna makanan? Ya. Apakah hidup akan musnah jika bakteri dan arkaea absen atau di dunia tanpa mikroba? Tidak segera, tidak semua jenis kehidupan, dan tidak dalam waktu yang lama,” katanya.

[Gambas:Video CNN]

(lom/lth)