TANGERANG, KOMPAS.com- Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno-Hatta memusnahkan sebanyak 12.859 kilogram benih sayuran impor asal Belanda pada Kamis (8/12/2022).

Belasan ribu benih sayuran impor dimusnahkan karena terinfeksi bakteri Pseudomonas syringae pv. syringae.

Plt Kepala Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno-Hatta Imam Djajadi mengatakan, benih sayuran impor asal Belanda itu masuk dalam organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK).

“Temuan bakteri eksotik pada komoditas benih sayuran impor senilai Rp13 juta ini dimusnahkan setelah diuji dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR), dicek kelengkapan administrasinya dengan pemeriksaan fisik dan laboratorium, hasilnya positif terinfeksi bakteri,” ujar Imam, Jumat (9/12/2022).

Baca juga: Kurir Tertangkap Basah Saat Asik Nyabu di Kampung Bahari, Nekat Lompat dari Lantai Dua untuk Kabur

Imam menjelaskan, bakteri yang menginfeksi tersebut merupakan OPTK kategori A1 yang belum terdapat di Indonesia dan tidak dapat dilakukan tindakan karantina perlakuan untuk mengeliminasinya dari komoditas tersebut.

Untuk itu, pihak Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno-Hatta mengirimkan pemberitahuan ketidakpatuhan (notification of non compliance/NNC) ke negara asal.

NNC ini dimaksudkan sebagai bentuk pemberitahuan keras pemerintah Indonesia atas kualitas jaminan otoritas karantina negara asal terhadap pemenuhan aspek kesehatan komoditas yang dikirim.

Pasalnya, bakteri itu merupakan pathogen golongan bakteri gram negatif yang memiliki kisaran inang yang sangat luas hingga mencapai 87 jenis tanaman.

“Bakteri ini dapat menyerang pada tanaman cabai, jeruk, padi, bawang-bawangan, mentimun dan tomat. Dapat dibayangkan jika bakteri ini berhasil masuk ke wilayah Indonesia, maka jenis tanaman yang dapat menjadi inangnya ini menjadi terancam,” jelasnya.

Baca juga: Harga Ayam hingga Cabai Naik di Pasar Anyar Tangerang, Pedagang: Makin Sepi Saja Pembeli…

Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) Bambang mengatakan, kerugian akibat masuknya hama penyakit hewan dan tumbuhan ke Indonesia tidak hanya dalam hitungan nilai komoditasnya.

Namun, ada juga potensi kerugian ekonomi akibat penurunan produksi, upaya eliminasi, dampak bagi petani dan juga adanya potensi membahayakan bagi kesehatan masyakarat.

“Ini sangat berbahaya apalagi saat ini kita sedang menggalakan peningkatan ekspor pertanian,” jelas Bambang.

Untuk itu, Bambang mengimbau bagi para importir atau masyarakat yang memasukan komoditas pertanian asal luar negeri, pastikan komoditas tersebut sehat, aman dan telah memenuhi persyaratan sanitary dan fitosanitari serta protokol impor negara Indonesia.


Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.