Tag: Ditemukan

Mesin Pemecah ‘Kode’ Tulisan Tangan Dokter Ditemukan, Ulahnya Google

Jakarta, CNN Indonesia

Pusing dengan tulisan tangan dokter pada resep obat Anda atau pun milik pelanggan apotek Anda? Google kelak bakal bantu pakai fitur khusus.

Dikutip dari The Verge, Google tengah mengembangkan kecerdasan buatan (AI) yang dapat menguraikan tulisan tangan yang sulit dibaca, dengan fokus pada catatan dan resep yang ditulis oleh dokter.

Perusahaan raksasa mesin pencari itu mengumumkan fitur tersebut selama konferensi tahunannya di India pada Senin (19/12).

Mereka mengaku bekerja sama dengan apoteker untuk membuat alat di Google Lens yang dapat memecahkan kode catatan medis yang ditulis dengan berantakan. Google pun menunjukkan kemampuan fitur tersebut.

“[Fitur] ini akan jadi teknologi yang membantu mendigitalkan dokumen medis yang ditulis tangan dengan menambah [peran] manusia dalam prosesnya seperti apoteker,” kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan dikutip dari TechCrunch.

Dengan keberadaan manusia dalam prosesnya, Google mengklaim “tidak akan ada keputusan yang dibuat cuma berdasarkan keluaran yang disediakan oleh teknologi ini.”

Sejauh ini, belum ada detail kapan fitur pengurai teks itu diluncurkan. Hanya saja, perusahaan mengatakan, “masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan sebelum sistem ini siap untuk dunia nyata.”

Google Lens adalah alat pengenalan objek multiguna bertenaga AI yang dapat digunakan untuk mendeteksi objek (seperti produk, tumbuhan, spesies satwa) hingga menerjemahkan bahasa.

Aplikasi Google Lens sudah dapat digunakan untuk menyalin catatan tulisan tangan secara digital. Namun dalam pengujiannya fitur tersebut masih bergantung pada seberapa terbaca tulisan tangan tersebut.

Sementara, dokter biasanya menuliskan resep secara kilat dengan tulisan tangan yang seadanya.

Soal lokasi gelaran, India diketahui merupakan pasar utama bagi Google dengan lebih dari setengah miliar penggunanya di negara tersebut. Negara itu juga berkontribusi pada jumlah pengguna Google Lens tertinggi di dunia.

(tim/arh)



[Gambas:Video CNN]



Fosil Kecoak dalam Batu Ambar Ini Ditemukan Bersama Spermanya

KOMPAS.com – Banyak makhluk hidup yang berasal dari masa lalu ditemukan terjebak dalam batu ambar, mulai dari siput, semut, berbagai jenis tumbuhan, bahkan fosil kecoak yang kerap ditemukan dalam batu tersebut.

Kini, dalam sebuah penemuan baru peneliti berhasil mengungkap keberadaan spesies kecoak baru yang juga terawetkan dalam baru ambar. Bahkan, menariknya fosil kecoak itu ditemukan lengkap dengan sel sperma.

Kecoak dengan panjang 7 milimeter itu ditemukan di tambang amber di pegunungan utara antara Puerto Plata dan Santiago di Republik Dominika.

Spesimen itu kemudian diberi nama Supella dominicana karena terbungkus batu ambar Dominika. Temuan ini juga dianggap sebagai catatan pertama dari fosil sperma kecoak.

“Kecoak terawetkan baik dengan palang kuning melintang di sayap dan garis tengah yang tampak membagi tubuh menjadi dua bagian,” kata George Poinar Jr, dari OSU College of Science, yang mengidentifikasi spesies tersebut.

Namun bukan hanya itu saja, mengutip IFL Science, Kamis (15/12/2022) peneliti juga menemukan bundel sperma yang mengandung spermatozoa dengan akrosom gelap, struktur yang menutupi kepala sperma. Ini menjadi sebuah temuan yang langka.

Baca juga: Fosil Langka Utuh Ditemukan di Australia, Seperti Apa?

Spesimen fosil kecoak tersebut diperkirakan berusia sekitar 30 juta tahun dan merupakan satu-satunya kecoak dari keluarga ectobiidae yang ditemukan di Republik Dominika.

Tentunya, hal itu tak biasa karena spesimen tak memiliki hubungan dengan kecoak baik yang hidup di Republik Dominika atau Hindia Barat yang lebih luas.

Dari 10 spesies dalam genus Supella, sembilan di antaranya hidup di wilayah zoogeografis Ethiopia dan satu di semenanjung Arab.

Lebih lanjut, meskipun ada sekitar 4000 spesies kecoak, hanya sekitar 30 di antaranya yang melakukan interaksi dengan manusia dan bahkan sejumlah kecil dianggap sebagai hama.

Meski kecoak terkenal karena kemampuannya yang tak mudah untuk dimusnahkan, menemukan serangga itu di rumah menjadi sebuah permasalahan tersendiri.

Tak heran peneliti berkelakar kalau tempat terbaik bagi kecoak adalah terkubur dalam batu ambar.

Studi tentang penemuan fosil kecoak yang ditemukan lengkap dengan sel sperma ini telah dipublikasikan di Biologia.

Baca juga: Fosil Reptil Laut Raksasa Ditemukan di Pegunungan Alpen, Kok Bisa?


Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

DNA Berusia 2 Juta Tahun Ditemukan di Denmark



Jakarta

Para ilmuwan berhasil menemukan DNA yang berusia 2 juta tahun. DNA tersebut ditemukan dari sedimen di Greenland, Denmark. Dilansir detikEdu, temuan itu menjadi berharga karena memecahkan rekor DNA tertua sebelumnya, yakni 1 juta tahun yang ditetapkan pada tahun 2021.

“Usia DNA kira-kira dua kali lebih tua dibandingkan dengan apa yang telah diambil sebelumnya,” kata Eske Willerslev dari University of Cambridge pada News Scientist dikutip, Selasa (13/12/2022).

Berkat penemuan ini, Willerslev dan rekan-rekannya bisa merekonstruksi ekosistem yang ada di Greenland utara 2 juta tahun lalu. Pada masa itu, Greenland memiliki iklim yang lebih hangat dibanding saat ini. Kini, daerah tersebut adalah gurun Arktik dan memiliki sedikit organisme.



Ilmuwan menduga dahulu wilayah Greenland merupakan hutan yang dihuni oleh kelinci, rusa kutub, dan bahkan mungkin mastodon, hewan mirip gajah yang pernah hidup di Amerika Utara.

“Saya tidak akan terkejut jika ternyata di utara [Arktik], kita bisa pergi dua kali lebih jauh ke masa lalu,” kata Willerslev.

Willerslev dan timnya memperoleh DNA tersebut dari Formasi Kap København, serangkaian lapisan pasir, lanau, dan lumpur dengan ketebalan lebih dari 90 meter. Lantas, dari makhluk apa DNA ini berasal?

Ternyata, DNA ini tidak berasal dari organisme yang memfosil, melainkan terikat pada partikel mineral di lapisan sedimen. DNA lingkungan ini berasal dari seluruh jajaran organisme yang hidup di daerah tersebut.

Tim mendeteksi 102 genus tumbuhan. Beberapa masih tumbuh di Greenland utara saat ini, seperti semak dryas dan vaccinium. Tetapi yang lain tidak lagi tinggal di sana, seperti pohon cemara (picea), hawthorn (crataegus) dan bunga populus.

Lebih sedikit spesies hewan yang teridentifikasi dari DNA tersebut. Meski demikian, DNA mengungkapkan terdapat kelinci Arktik (Lepus arcticus), hewan pengerat yang terkait dengan lemming dan muskrat, angsa dan rusa kutub. Selain itu terdapat juga DNA dari mastodon yang pernah hidup di Amerika selama beberapa juta tahun.

Artikel ini telah tayang di detikEdu. Baca selengkapnya di sini.

(dir/iqk)

Sejarah Kelapa Pendek di Pangandaran, Tumbuhan Langka Ditemukan Pensiunan ABRI

Sejarah kelapa pendek yang pernah terkenal sebagai tumbuhan langka pada awal 1970-an, ternyata pernah tumbuh subur di Pangandaran. Pernyataan ini sebagaimana mengutip majalah Variasi No. 300 tahun terbit 1981.

Menurut majalah lawas ini, penemu jenis kelapa pendek ini adalah seorang pensiunan ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) bernama Yakub Somapradja. Yakub purna tugas dengan mengemban pangkat terakhirnya sebagai Sersan Mayor (Serma).

Menariknya, pria kelahiran Tasikmalaya tahun 1917 ini pernah jadi penjual kelapa pendek satu-satunya di Indonesia.

Langganan bibit tanaman langka ini pun tak main-main, mulai dari pejabat tinggi negara, tentara, kedutaan asing, seniman terkemuka, dan pengusaha swasta dari Texas Amerika Serikat semua pernah jadi langganan Yakub.

Baca Juga: Sejarah Pangandaran Pasca Pendudukan Jepang, Pemerintahan Pindah dari Ciamis ke Cilacap

Selain sukses memasarkan produk tumbuhan langka ini, Yakub juga pernah mengguncangkan jagad akademik, terutama para peneliti tumbuhan dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Banyak para mahasiswa yang menjadikan tumbuhan ini sebagai objek penelitian.

Lantas bagaimana perjalanan pak Yakub menemukan jenis varietas tumbuhan menarik ini?

Kisah Yakub, Penemu Kelapa Pendek di Pangandaran

Masih menurut Majalah Variasi Edisi No. 300 tahun (1981) berjudul, ”Kelapa Ajaib Ditemukan Pensiunan ABRI”, penemu kelapa pendek yang berasal dari Pangandaran ini berasal dari pensiunan ABRI bernama Yakub Somapradja.

Yakub memulai karirnya sebagai seorang petani kelapa pendek ketika pensiun dari dinasnya sebagai tentara dengan pangkat Sersan Mayor pada tahun 1960. Yakub menggantungkan senjata dan rela menjual truk tua kesayangannya seharga Rp 500 ribu.

Menurut penuturan Yakub yang diwawancarai oleh wartawan Majalah Variasi (1981) M. Ashuri Mundari, hasil uang penjualan truk tua itu dibuat modal untuk usaha barunya yang ingin jadi petani.

Yakub menyisihkan Rp 300 ribu untuk membeli ladang dan Rp 200 ribu sisanya digunakan untuk membersihkan ladang dari ilalang dan rerumputan liar di ladang baru. Yakun membeli tanah yang luas di daerah Emplak, jarak yang lumayan jauh dari tempat tinggal pertamanya di Tasikmalaya, kurang lebih 100 Km.

Kendati pun harus jauh dengan tanah kelahiran, Yakub bertekad kuat untuk tinggal di tempat barunya Emplak untuk menafkahi anak-anaknya sebanyak 8 orang.

Yakub sadar dengan jumlah anak yang banyak jika hanya mengandalkan pensiunan sebagai tentara maka jauh dari kata cukup.

Untungnya beliau ditemani oleh istri yang memahami keadaan bernama Nuryati Yakub. Istri berperawakan cantik dan lebih muda 19 tahun dari suaminya ini rela menghemat pengeluaran keluarga untuk mencukupi kehidupan sehari-hari.

Tak disangka ketika keluarga ini berada dalam kebingungan mencari nafkah sehari-hari, kebun yang telah bersih dari ilalang tumbuhlah sebatang pohon kelapa yang pendek di ujung tanah yang pernah dibelinya.

Yakub pun membudidayakan bibit kelapa ajaib ini dengan penuh hati-hati. Hingga akhirnya kelapa pendek yang ditemukan tiga bulan lalu berkembang menjadi puluhan yang subur di ladangnya.

Baca Juga: Sejarah Pengusaha Kopra di Pangandaran Diculik Jepang, Kuwu Sidamulih Tewas Dipenggal

Langganan Pejabat, Tentara, Seniman, dan Luar Negeri

Karena usaha membudidayakan kelapa pendek Yakub berhasil, tanaman serbaguna ini banyak diminati oleh kalangan umum yang berasal dari berbagai profesi.

Langganan kelapa pendek Yakub berasal dari golongan atas seperti, pejabat, tentara, seniman, dan pengusaha luar negeri.

Adapun yang membuat kelapa pendek Yakub ini terkenal hingga ke mancanegara disebabkan oleh peran sahabat karibnya di tentara dahulu yaitu, Solihin G.P.

Seorang kombatan perang yang juga mantan Gubernur Jawa Barat tahun 1970-1975 ini mempromosikan produk kelapa Yakub ke beberapa kolega pejabat negara di Jakarta.

Tak disangka usaha iseng yang dilakukan Solihin ini berhasil. Ia membantu produk kelapa pendek Yakub laku di pasaran. Bahkan laris hingga ke pangsa pasar di luar negeri. Banyak pelanggan tetapnya menyebut kelapa tersebut dengan nama Kelapa Maya.

Sebutan Kelapa “Maya” milik Yakub ini berasal dari istilah orang-orang sekitar. Mereka mengetahui jika kelapa pendek itu ditemukan oleh Mayor Yakub atau disingkat jadi (Maya).

Mereka ikut senang dengan ditemukannya kelapa pendek di daerah Emplak oleh Yakub, sebab orang-orang di sana ikut kena dampak positifnya.

Banyak yang membuka usaha kecil-kecilan seperti warung sembako, warung nasi dan kopi untuk menyediakan logistik bagi para tamu-tamu penting Yakub di sela kunjungannya meneliti tumbuhan langka tersebut.

Tak hanya mereka (masyarakat Emplak) yang diuntungkan oleh penemuan Mayor Yakub, sebab daerah Pangandaran pada umumnya ikut menjadi terkenal sebagai daerah penghasil kelapa pendek terbesar di Indonesia.

Saking terkenalnya, Yakun mendapat penghargaan Kalpataru dari Universitas Padjajaran pada tahun 1979-1980.

Meskipun sudah mendapatkan penghargaan bergengsi di dalam bidang pertanian, tak menjadikan Yakub menjadi petani yang sombong. 

Hal ini tercermin dari kesediaannya melayani pelanggan peminat bibit “Kelapa Maya” meskipun hanya beli 1-10 butir saja.

Baca Juga: Sejarah Wisata Pantai Pangandaran, Terkenal Sejak Tahun 1923

Kelapa Maya Jadi Pusat Perhatian Para Peneliti

Bibit kelapa ajaib yang pernah dilanggan oleh Pengusaha Swasta di Texas, Amerika Serikat, serta seniman dan sutradara terkemuka pada tahun 1970-an bernama Lukman Hakim Nain ini ternyata pernah jadi pusat perhatian para peneliti di jurusan pertanian.

Mereka rela datang jauh-jauh seperti, Yogyakarta, Bandung, dan Jakarta untuk melihat bentuk asli dari tumbuhan Kelapa Maya.

Para peneliti di jurusan pertanian ini penasaran dengan latar belakang terjadinya pertumbuhan Kelapa Maya. Sebab jika dilihat dari bentuk dan posturnya, tumbuhan ini seharusnya belum berbuah lebat.

Namun Kelapa Maya yang dianggap ajaib ini justru panen lebat ketika ukuran tinggi pohon tersebut masih terbilang “sangat pendek”. Beberapa peneliti yang datang ke ladang Yakub menyebut, jenis Kelapa Maya ini bukan hasil Hibrida.

Pohon ini mempunyai perbandingan yang besar sebanyak 4-6 besar dengan kualitas air dari kelapa biasa. Kelapa Maya juga masuk dalam “Varietas Unggul” tahan hama dan cocok untuk dijadikan tanaman produksi.

Pemerintah bahkan pernah bermaksud menjadikan Kelapa Maya sebagai alat produksi pertama penghasil minyak kelapa.

Selain itu para pemangku negara yang berkepentingan dengan pertanian juga ingin membuat Kelapa Maya eksis dan laku di pasaran.

Sebab dengan memanfaatkan hasil produksi pohon ini, negara akan mengalami keuntungan berupa kenaikan jumlah kelapa untuk keperluan bahan pokok. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)

Virus ‘Zombi’ Ditemukan di Rusia, Timbulkan Pandemi Berikutnya?

Bandung

Virus ‘zombi’ yang terlelap selama 50.000 tahun di bawah danau beku di Rusia berpotensi menjadi pandemi berikutnya. Hal itu berdasarkan penelitian yang dilakukan ilmuwan dari Perancis.

“Situasinya akan jauh lebih buruk dalam kasus penyakit tumbuhan, hewan, atau manusia yang disebabkan oleh kebangkitan virus yang tidak diketahui,” tulis studi ‘An Update on Eukaryotic Viruses Revived from Ancient Permafrost’, yang belum ditinjau oleh rekan sejawat.

Dilaporkan Science Alert, penelitian ini dipimpin oleh Jean-Marie Alempic dari Pusat Penelitian Ilmiah Nasional Prancis.



Menurut makalah pendahuluan (preliminary paper), pemanasan global menyebabkan petak besar lapisan es yang menutupi seperempat Belahan Bumi Utara, mencair secara ireversibel (tidak bisa dibekukan kembali).

Fenomena ini memiliki efek mengkhawatirkan dari ‘melepaskan bahan organik beku hingga satu juta tahun, termasuk patogen yang berpotensi berbahaya’.

“Bagian dari bahan organik ini juga terdiri dari mikroba seluler yang dihidupkan kembali (prokariota, eukariota uniseluler) serta virus yang tetap tidak aktif sejak zaman prasejarah,” tulis para peneliti.

Rekan penulis penelitian, Profesor Jean-Michel Claverie dari Universitas Aix-Marseille, mengeluarkan peringatan kepada otoritas medis tentang kurangnya pembaruan signifikan pada virus ‘hidup’ di lapisan es sejak studi asli pada tahun 2014 dan 2015.

“Ini salah menunjukkan bahwa kejadian seperti itu jarang terjadi dan bahwa ‘virus zombie’ bukanlah ancaman kesehatan masyarakat,” tulis tim peneliti dalam temuannya.

Para ilmuwan, mungkin secara paradoks, menghidupkan kembali beberapa yang disebut “virus zombie” dari lapisan es Siberia guna menjalani penelitian. Virus tertua, dijuluki Pandoravirus yedoma setelah karakter mitologis Pandora.

Virus ini terinspirasi dari karakter Pandora, yang rasa ingin tahunya membuatnya membuka masalah kotak. Jenis tanah tempat ia ditemukan berusia 48.500 tahun, rekor usia untuk virus beku yang kembali ke keadaan di mana ia berpotensi menginfeksi organisme lain.

Pandoravirus yedoma memecahkan rekor sebelumnya yang dipegang oleh virus yang berusia 30.000 tahun. Virus ini ditemukan oleh tim yang sama di Siberia pada tahun 2013.

Ditemukan dari Bulu Mammoth hingga Usus Serigala Siberia

Dikutip dari NYPost, strain baru ini adalah salah satu dari 13 virus yang diuraikan dalam penelitian ini. Masing-masing strain memiliki genomnya sendiri.

Sementara Pandoravirus ditemukan di bawah dasar danau di Yukechi Alas di Yakutia, Rusia, yang lain telah ditemukan di mana-mana mulai dari bulu mammoth hingga usus serigala Siberia.

Setelah mempelajari live cultures (budaya hidup), para ilmuwan menemukan bahwa semua ‘virus zombie’ memiliki potensi untuk menular, dan karenanya merupakan ‘ancaman kesehatan’.

Mereka berdalih bahwa kita dapat melihat lebih banyak pandemi gaya COVID-19 di masa depan karena lapisan es yang terus mencair terus melepaskan virus yang sudah lama tidak aktif seperti bak Captain America.

“Oleh karena itu sah untuk merenungkan risiko partikel virus kuno tetap menular dan kembali beredar dengan pencairan lapisan permafrost kuno,” tulisnya.

Sayangnya, ini adalah lingkaran setan karena bahan organik yang dilepaskan oleh es yang mencair terurai menjadi karbon dioksida dan metana. Bahan-bahan kimia tersebut semakin meningkatkan efek rumah kaca dan mempercepat pencairan.

Virus yang baru dicairkan mungkin hanya puncak gunung es epidemiologis sebab akan ada kemungkinan lebih banyak virus hibernasi yang belum ditemukan.

“Jika penulis memang mengisolasi virus hidup dari lapisan es kuno, kemungkinan virus mamalia yang lebih kecil dan lebih sederhana juga akan bertahan beku selama ribuan tahun,” kata ahli virus Universitas California Eric Delwart kepada New Scientist.

Diperlukan lebih banyak penelitian untuk menentukan tingkat infeksi virus yang tidak diketahui ini ketika terkena cahaya, panas, oksigen, dan faktor lingkungan luar ruangan lainnya.

Ini bukan penemuan organisme long-dormant pertama yang terbangun dari tidur esnya. Sebelumnya, ilmuwan Rusia membangkitkan cacing “zombie” yang telah dibekukan selama 24.000 tahun di Arktik pada Juni tahun lalu.

Artikel ini telah tayang di detikHealth dengan judul COVID Belum Kelar, Ilmuwan Ketar-Ketir ‘Virus Zombi’ Ancam Manusia

(yum/yum)

Tumbuhan Armorphophallus ditemukan di hutan hujan tropis Kalsel

akan diteliti lebih lanjut karena tumbuhan jenis ini banyak ragamnya

Banjarmasin (ANTARA) – Tim dari Pusat Studi dan Konservasi Keanekaragaman Hayati (Biodiversitas) Indonesia menemukan tumbuhan dari marga Armorphophallus di Taman Biodiversitas hutan hujan tropis kawasan Lembah Bukit Manjai, Mandiangin Timur, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan (Kalsel).

“Kami menduga ini Amorphopallus muelleri BI, namun demikian untuk lebih jelasnya akan diteliti lebih lanjut karena tumbuhan jenis ini banyak ragamnya,” kata Pendiri Taman Biodiversitas Ferry F. Hoesain di Banjarmasin, Kamis.

Dia menjelaskan Amorphophallus adalah nama marga tumbuhan dari suku talas-talasan (Araceae). Bunga dan tumbuhan vegetatifnya (daun) tumbuh bergantian dan mengeluarkan aroma yang khas, seperti bau bangkai yang memikat lalat untuk membantu penyerbukannya.

Marga Amorphophallus di seluruh dunia berjumlah sekitar 200 jenis. Sedangkan di Indonesia terdapat 25 jenis yang 17 jenisnya merupakan endemik terdiri dari Sumatera delapan jenis, Jawa lima jenis, dan tiga jenis di Kalimantan serta satu jenis dari Sulawesi.

Baca juga: Tahun depan, 30 bunga bangkai akan mekar di Kepahiang

Baca juga: Bunga Bangkai setinggi 289 centimeter mekar di Kebun Raya Cibodas

Ferry menyebut tumbuhan ini memiliki kemiripan baik penampilan maupun umbinya dengan saudaranya, yaitu Amorphophallus paeoniifolius, Amorphophallus campanulatus, dan Amorphophallus variabilis sering kali dirancukan dengan ketiga tumbuhan tersebut.

“Dengan ditemukannya Amorphopallus muelleri BI ini telah menambah data spesies flora yang ada di kawasan Taman Biodiversitas Hutan Hujan Tropis Lembah Bukit Manjai,” kata dia.

Tumbuhan Armorphophallus di Taman Biodiversitas. (ANTARA/Firman)

Pertumbuhan Amorphopallus muelleri BI dapat dicirikan jelas dengan perbedaan dua musim, yaitu musim hujan untuk pertumbuhan vegetatif dan musim kemarau dengan pertumbuhan yang dorman.

Jadi Amorphopallus muelleri BI hanya tumbuh di saat musim hujan dan pada saat kemarau pertumbuhan vegetatif terhenti.

Ciri lainnya memiliki tangkai daun tunggal yang tumbuh tegak lurus dan berwarna hijau dengan bercak putih.

Di setiap pertemuan batang akan tampak tonjolan berwarna cokelat kehitam-hitaman yang berfungsi sebagai alat perkembangbiakan vegetatif disebut bulbil.

“Adanya bintil ini menjadi pembeda penting antara jenis Amorphopallus lainnya,” jelas Ferry.

Baca juga: Amorphophallus setinggi empat meter mekar di Bengkulu

Pewarta: Firman
Editor: Budhi Santoso
COPYRIGHT © ANTARA 2022