Tag: Inovasi

Intip Tren Inovasi Jam Tangan Bioresin Pertama di Indonesia!

Bandung

Jam tangan tak hanya punya fungsi untuk melihat waktu. Tapi, jam tangan juga jadi pelengkap outfit. Maka tak heran kalau jam tangan harus punya desain yang unik agar punya fungsi sebagai aksesoris yang catchy.

Dari sebuah rumah di gang kecil Jalan Kaum, Jalan Cipaganti, Pasteur, Kota Bandung, tercipta ratusan jam tangan dengan desain yang kece dan menjadi salah satu pelopor jam tangan kayu.

Ialah Pala Nusantara. Merek ini terkenal akan jam tangan kayu dan strap kulit karena setiap serinya mengandung cerita satwa nusantara. Filosofi namanya diambil dari buah pala asal Maluku.



Dulu buah pala jadi bahan baku yang mendunia saat jaman kolonial. Sang empunya Pala Nusantara berharap merek ini pun mampu tembus pasar global dan jadi buruan banyak orang.

Pala Nusantara semakin dikenal publik setelah terpilih untuk menjadi souvenir pertemuan 2022 G20 Bali summit. Brand dari Bandung ini memproduksi 55 jam tangan dengan kayu sonokeling, spesial untuk event tersebut.

Jam tangan Pala Nusantara.Jam tangan souvenir G20, lengkap dengan tanda tangan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Sandiaga Uno. (Foto: Anindyadevi Aurellia)

Nah, sudah tenar dengan jam tangan kayunya, kini Pala Nusantara mengusung konsep yang tak biasa. Menyambut tahun baru, lahir sebuah jam tangan yang tak meninggalkan ciri khasnya, namun tampil dengan terobosan baru.

“Gue melihat tahun depan sampai lima tahun ke depan itu trendnya sustainability design, atau Sustainable Development Goals (SDG). Kita mencoba menerapkan sebagai market leader yang membawa sustainability material ramah lingkungan dan eco friendly,” cerita Ilham Pinastiko, Owner Pala Nusantara.

DetikJabar berkesempatan melihat langsung produk terbarunya yakni Pala Ubur-ubur. Produk inilah yang sedang dibangga-banggakan Pala Nusantara. Mulai dari bahan, proses pembuatan, dan desainnya, Pala Ubur-ubur terbentuk melalui proses yang panjang. Jerih payahnya terbayar dengan hasil produk yang diyakini akan happening sampai beberapa tahun ke depan.

Uniknya, Pala Ubur-ubur ini tak terbuat dari kayu dan kulit seperti produknya yang lain. Namun, terbuat dari bioresin! Bahan ramah lingkungan ini pertama kali masuk ke Indonesia dan disulap menjadi sebuah jam tangan.

“Pala Ubur-ubur ini mengusung tema streetwear, jadi segmentasinya ke anak muda. Kami sebagai industri kreatif berusaha merespon tren yang sedang gencar terhadap isu lingkungan,” jelas pria kelahiran 1986 ini.

“Jadi kami buat jam tangan dari bioresin. Ini terobosan pertama di Indonesia. Bioresin terbuat dari getah kedelai, jadi ramah lingkungan,” tambah lulusan Magister Desain Produk Institut Teknologi Bandung (Despro ITB) itu.

Bioresin dan produk pewarna makanan menjadi bahan utama jam, dirancang sedemikian rupa untuk meniru rupa ubur-ubur di ekosistemnya. Pala Nusantara tak mau main-main dengan produknya. Bagian strap jam pun dibuat dari inovasi sendiri. Strap jam bisa diatur ukurannya, terbuat dari kain tencel yang merupakan katun premium.

Jam tangan Pala Nusantara.Pala Ubur-ubur, jam tangan kece yang ramah lingkungan. Foto: Anindyadevi Aurellia

“Strapnya kita buat dari tencel, ini katun premium dan baru Pala Nusantara yang punya inovasi strap jam tangan ini. Ramah di kulit, artinya nyaman untuk dipakai,” jelas Ilham.

Tencel berasal dari serat pohon (pulp) sehingga kain yang dihasilkan alami dari tumbuhan. Tencel biasa disebut katun organik atau katun premium yang dikenal sejuk, lembut, kuat, dan aman untuk kulit yang sensitif.

Soal desain, jam yang memperlihatkan rangka mesin masih jadi tren hingga kini. Belum lagi dengan perpaduan warna biru, titik merah, dan putih yang tidak pekat. Ciri khas Pala Nusantara juga tidak hilang. Ada titik merah pada pengatur jarum jamnya, kemudian kayu bertulis ‘Ubur-ubur’ pada bagian belakangnya.

Detikers tertarik jadi orang pertama yang menjajal inovasi jam tangan trendy ini? Dengan harga Rp 699.000 kamu bisa menggunakan jam tangan yang menggabungkan teknologi dengan kisah satwa Nusantara. Keren, ya!

(aau/iqk)

Uji Inovasi Baru, Magetan Siap Basmi Organisme Penganggu Tumbuhan

Rabu, 23 November 2022 | 17:10 WIB

 | Penulis : 

, Redaktur : Tobari

Surabaya, InfoPublik – Pemerintah Kabupaten Magetan melalui Dinas Tanaman Pangan Holtikultira Perkebunan dan Ketahanan Pangan (DTPHPKP) siap siaga layani petani basmi organisme penganggu tumbuhan (OPT) dengan lebih cepat dan efisien.

Dalam rilis Diskominfo Magetan, Tak lagi menggunakan cara manual atau semprotan gendong, dengan adanya inovasi baru dari KDTPHPP berupa Drone, pembasmian hama pada tanaman padi dapat dilakuan dengan cara yang lebih cepat dan efisien.

Kita arahnya ke pelayanan Petani. Apabila terjadi serangan OPT, khususnya pada tanaman padi maka drone ini bisa digunakan untuk pengendalian OPT padi.

“Kita selalu tanggap darurat, kita selalu cepat,” terang Romadhon, Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas TPHPKP Magetan, saat simulasi di Stadion Yosonegoro Magetan, Rabu (23/11/2022).

Lebih lanjut Romadhon mengatakan dengan adanya inovasi baru ini, petani tidak perlu menggunakan semprotan gendong untuk menangani OPT pada tanaman padi.

DTPHPKP punya tangan kanan POPT yang ditaruh di 18 Kecamatan di Magetan. Kalau ada keluhan pada petani, missal serangan OPT pasti mereka melapor ke petugas POPT baru kita bersurat ke Dinas, Dinas menindaklanjuti ke bawah.

“Gerakan itu, sekali pelapor besok ditindaklanjuti,” katanya. (MC Diskominfo Prov Jatim/non-ghf /toeb)


  Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang, dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber InfoPublik.id

Dosen Unja kenalkan inovasi pelembab bibir dari getah buah jernang

Jambi (ANTARA) – Dosen asal Universitas Jambi (Unja) Uce Lestari, S.Farm., M.Farm. Apt, berhasil membuat inovasi pelembab bibir (lipbalm) yang berasal dari resin jernang atau getah buah jernang

“Resin jernang merupakan getah dari buah jernang yang mahal harganya di dunia,” kata penemu inovasi itu di Jambi, Kamis.

Ia mengatakan tumbuhan jernang banyak tumbuh di Pulau Sumatra dan Kalimantan, khususnya di Provinsi Jambi yang berada di Kabupaten Sarolangun, tepatnya di Desa Sepintun.

Resin jernang ini, kata dia, banyak disukai oleh negara-negara seperti China, Hong Kong, Singapura, dan Korea Selatan dalam pemanfaatan pengobatan tradisional atau pun bahan dasar kosmetik.

Menurut dia resin jernang memiliki kadar dracorhodin yang sangat tinggi yang memiliki khasiat salah satu nya sebagai antibakteri.

“Warna merah alami yg dihasilkan dari getah buah jernang inilah yang membuat saya tertarik untuk berinovasi membuat produk kosmetik berupa pelembab bibir dengan pewarna alami dari resin jernang,” katanya.

Uce Lestari menyebutkan penelitian ini dilaksanakan sejak tahun 2019 dan telah mendapatkan hak paten pada tahun 2020 terkait formula pelembab bibir jernang.

Dari hasil uji klinis sebelum dipasarkan, ternyata lipbalm jernang ini mampu untuk mengobati bibir kering bagi 100 orang volunteer atau sukarelawan.

Setelah penggunaan lipbalm ini, mengakibatkan bibir menjadi lembut, lembab, dan memerah alami. Hal ini disebabkan oleh kandungan dari dracorhodin jernang yang mampu menghilangkan luka pada bibir kering, dan komponen lain yang ada dalam lipbalm mampu melembabkan bibir.

Produk lipbalm ini telah memiliki sertifikasi halal dan diproduksi sejak tahun 2021 . Lipbalm ini juga bertujuan untuk menghindari penggunaan lipbalm yang berbahan dasar zat kimia sintetis yang dapat mengakibatkan bibir menjadi hitam.

” Produksi lipbalm jernang ini juga untuk mengangkat potensi hasil hutan yang ada di Provinsi Jambi,” demikian Uce Lestari.

 

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Dosen FKIK Unja temukan inovasi pelembab bibir dari getah buah jernang