Tag: Kelapa

Kelapa Sawit Penopang Perekonomian Indonesia

Jakarta, Sawit Indonesia – Kelapa Sawit sebagai salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peran penting dalam perekonomian di Indonesia, salah satunya sebagai sumber devisa negara non migas, penyedia lapangan kerja, serta menjadi bahan baku berbagai industri pengolahan di Indonesia. Dalam mendukung industri pengolahan di Indonesia, kelapa sawit menjadi tumbuhan industri penghasil minyak masak, minyak industri, margarin, lilin, sabun, industri kosmetik, industri farmasi hingga menjadi bahan bakar biodiesel. Bahkan sisa pengolahan kelapa sawit dapat dimanfaatkan menjadi kompos, campuran bahan pakan ternak, biogas dan lain sebagainya. Semuanya merupakan bukti industri kelapa sawit telah menjadi mesin penggerak perekonomian Indonesia, sekaligus
meningkatkan taraf hidup banyak orang, memberi akses pendidikan, layanan kesehatan, teknologi dan informasi.

“Sektor sawit di Indonesia yang melibatkan 2,4 juta petani swadaya dan 16 juta tenaga kerja, dapat terus mendorong PDB di sektor perkebunan pada angka yang positif, sehingga PDB Indonesia di TW3 2022 dapat bertumbuh positif di angka 5,72%. Industri kelapa sawit ini telah berkontribusi pada pendapatan pemerintah, keuntungan bagi perusahaan, lapangan kerja, dan meningkatkan pendapatan bagi petani kecil.” terang Eddy Abdurachman, Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) pada press conference akhir tahun BPDPKS Kamis, 22 Desember 2022 di Hotel Grand Hyatt Jakarta.

“Sebagai lembaga pengelola dana, BPDPKS memastikan prinsip “from palm oil to palm oil” diterapkan di setiap program. Kinerja penghimpunan dana BPDPKS di tahun 2022 dari pungutan ekspor sawit diperkirakan mencapai Rp34,5triliun, sedangkan kinerja imbal hasil dana kelolaan di tahun 2022 sebesar Rp 800 miliar. Dana kelolaan tersebut digunakan untuk menjalankan program-program yang meliputi pemberian dukungan untuk program mandatori biodiesel, peremajaan sawit rakyat, penyediaan sarana dan prasarana kelapa sawit, penelitian dan pengembangan, pengembangan sumber daya manusia, serta program promosi dan kemitraan,” lanjut Eddy.

Lebih dalam Eddy memaparkan, Seluruh kegiatan prioritas yang dilakukan oleh BPDPKS ditujukan dalam rangka pengembangan kelapa sawit berkelanjutan dengan tujuan utama menjaga stabilisasi harga dan efisiensi biaya produksi yang dilakukan melalui penciptaan kualitas produk yang unggul, kepastian supply, kepastian pasar dan tersedianya infrastruktur yang mendukung, utamanya untuk melakukan transformasi kesejahteraan rakyat melalui industri kelapa sawit yang berkelanjutan.

Direktur Utama BPDPKS juga menyampaikan capaian seluruh program yang dilaksanakan oleh BPDPKS, yang pertama yaitu kinerja program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR). Eddy menjelaskan, “Sejak tahun 2016 sampai dengan 2022, realisasi penyaluran dana PSR seluas 273.666 Ha untuk 120.168 pekebun dengan dana mencapai Rp7,526 triliun yang tersebar di 21 Provinsi di Indonesia. Capaian di tahun 2022 ini menurun dibandingkan tahun sebelumnya, utamanya disebabkan kendala terhadap pemenuhan persyaratan keterangan tidak berada di
Kawasan hutan dan Kawasan lindung gambut serta keterangan tidak berada di lahan HGU”.

Disisi lain, Program Insentif Biodiesel yang telah diimplementasikan sejak tahun 2015 bertujuan untuk menjaga stabilitas harga CPO, mendorong kemandirian dan ketahanan energi nasional, pengurangan emisi gas rumah kaca dan penghematan devisa yang berasal dari berkurangnya impor solar, hingga tahun 2022, telah menyalurkan volume biodiesel sebesar 42,98juta KL dengan dana biodiesel yang telah dibayarkan sejumlah Rp144,59 triliun. “Pemerintah berhasil secara konsisten mempertahankan penerapan program mandatori biodiesel melalui masa pandemi dan gejolak harga minyak dunia, bahkan di tahun 2022 telah bersiap untuk implementasi B35” imbuh
Eddy lagi.

Selanjutnya, kinerja program penelitian dan pengembangan dimana sejak tahun 2015 hingga 2022 telah mendanai 279 riset yang melibatkan 950 peneliti di 78 lembaga penelitian dan pengembangan di Indonesia dengan dana yang telah disalurkan mencapai Rp501,2 miliar. Di tahun 2022 ini, BPDPKS lebih selektif dalam pendanaan dengan prioritas riset-riset yang berpotensi untuk mencapai komersialisasi dan dapat dimanfaatkan langsung oleh industri. “Salah satu Inovasi unggulan dari program litbang untuk peningkatan konsumsi dalam negeri dan nilai tambah kelapa sawit yaitu reka cipta Bensin Sawit (Bensa) dengan RON 110 dan Minyak Makan Sehat. Peneliti Riset ini yang berasal dari ITB, dinobatkan sebagai Innovator of the Year of Sustainable Energy
pada perhelatan People of The Year 2022 Metro TV” tegas Eddy.

Sementara untuk capaian program pengembangan SDM, sejak tahun 2015 hingga 2022 telah melibatkan 11.688 peserta pelatihan dan 4.265 mahasiswa yang mendapatkan beasiswa dengan dana yang telah disalurkan sebanyak Rp305,2 miliar. BPDPKS berkomitmen untuk terus menambah jumlah penerima manfaat program ini pada tahun-tahun mendatang. Kinerja Program Promosi sawit selama tahun 2022 antara lain ditunjukkan dengan sentimen positif media terutama di semester kedua, dimana BPDPKS memberikan dukungan sponsorship & pendanaan pada event besar seperti G20, COP27, GLOBOIL Trade Expo Indoneseia 2022, Forum Sawit Indonesia (FoSI 2022), Indonesian Palm Oil Stakeholder Forum (IPOS-Forum 2022) dan IPOC 2022. Program promosi dan kemitraan juga mencatatkan capaian realisasi terbesar sejak BPDPKS didirikan di tahun 2022.

Capaian program Sarana dan Prasarana di tahun 2022 ini meliputi 15 lembaga pekebun yang telah ditetapkan sebagai penerima dana sarana dan prasarana dengan total nilai dana mencapai Rp44,3 miliar berupa kegiatan ekstensifikasi, intensifikasi, mesin pertanian, dan peningkatan jalan. Eddy juga menjelaskan kontribusi BPDPKS terhadap pengembangan UMKM Sawit di Indonesia “BPDPKS telah menjalankan berbagai program kemitraan UKMK sawit dengan berkolaborasi dengan perguruan tinggi, asosiasi petani sawit, Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) dan bersama anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), disamping itu di akhir tahun ini, BPDPKS juga telah
mendapatkan penghargaan Sawit Indonesia Award 2022 dalam kategori Pemberdayaan UKMK dan Petani Sawit”.

“Diharapkan capaian ini dapat terus ditingkatkan di tahun 2023 dengan dukungan seluruh stakeholder. Seluruh capaian ini tentunya tidak mungkin bisa diraih sendiri oleh BPDPKS, melalui dukungan dan sinergi yang baik dari seluruh stakeholder, tentunya tahun 2023 akan menjadi tantangan baru bagi industri sawit Indonesia dan BPDPKS khususnya untuk dapat mempertahankan kinerja dan capaian yang lebih baik,” tutup Eddy dihadapan para reporter media nasional yang hadir.

Sumber: bpdp.or.id

Sejarah Kelapa Pendek di Pangandaran, Tumbuhan Langka Ditemukan Pensiunan ABRI

Sejarah kelapa pendek yang pernah terkenal sebagai tumbuhan langka pada awal 1970-an, ternyata pernah tumbuh subur di Pangandaran. Pernyataan ini sebagaimana mengutip majalah Variasi No. 300 tahun terbit 1981.

Menurut majalah lawas ini, penemu jenis kelapa pendek ini adalah seorang pensiunan ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) bernama Yakub Somapradja. Yakub purna tugas dengan mengemban pangkat terakhirnya sebagai Sersan Mayor (Serma).

Menariknya, pria kelahiran Tasikmalaya tahun 1917 ini pernah jadi penjual kelapa pendek satu-satunya di Indonesia.

Langganan bibit tanaman langka ini pun tak main-main, mulai dari pejabat tinggi negara, tentara, kedutaan asing, seniman terkemuka, dan pengusaha swasta dari Texas Amerika Serikat semua pernah jadi langganan Yakub.

Baca Juga: Sejarah Pangandaran Pasca Pendudukan Jepang, Pemerintahan Pindah dari Ciamis ke Cilacap

Selain sukses memasarkan produk tumbuhan langka ini, Yakub juga pernah mengguncangkan jagad akademik, terutama para peneliti tumbuhan dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Banyak para mahasiswa yang menjadikan tumbuhan ini sebagai objek penelitian.

Lantas bagaimana perjalanan pak Yakub menemukan jenis varietas tumbuhan menarik ini?

Kisah Yakub, Penemu Kelapa Pendek di Pangandaran

Masih menurut Majalah Variasi Edisi No. 300 tahun (1981) berjudul, ”Kelapa Ajaib Ditemukan Pensiunan ABRI”, penemu kelapa pendek yang berasal dari Pangandaran ini berasal dari pensiunan ABRI bernama Yakub Somapradja.

Yakub memulai karirnya sebagai seorang petani kelapa pendek ketika pensiun dari dinasnya sebagai tentara dengan pangkat Sersan Mayor pada tahun 1960. Yakub menggantungkan senjata dan rela menjual truk tua kesayangannya seharga Rp 500 ribu.

Menurut penuturan Yakub yang diwawancarai oleh wartawan Majalah Variasi (1981) M. Ashuri Mundari, hasil uang penjualan truk tua itu dibuat modal untuk usaha barunya yang ingin jadi petani.

Yakub menyisihkan Rp 300 ribu untuk membeli ladang dan Rp 200 ribu sisanya digunakan untuk membersihkan ladang dari ilalang dan rerumputan liar di ladang baru. Yakun membeli tanah yang luas di daerah Emplak, jarak yang lumayan jauh dari tempat tinggal pertamanya di Tasikmalaya, kurang lebih 100 Km.

Kendati pun harus jauh dengan tanah kelahiran, Yakub bertekad kuat untuk tinggal di tempat barunya Emplak untuk menafkahi anak-anaknya sebanyak 8 orang.

Yakub sadar dengan jumlah anak yang banyak jika hanya mengandalkan pensiunan sebagai tentara maka jauh dari kata cukup.

Untungnya beliau ditemani oleh istri yang memahami keadaan bernama Nuryati Yakub. Istri berperawakan cantik dan lebih muda 19 tahun dari suaminya ini rela menghemat pengeluaran keluarga untuk mencukupi kehidupan sehari-hari.

Tak disangka ketika keluarga ini berada dalam kebingungan mencari nafkah sehari-hari, kebun yang telah bersih dari ilalang tumbuhlah sebatang pohon kelapa yang pendek di ujung tanah yang pernah dibelinya.

Yakub pun membudidayakan bibit kelapa ajaib ini dengan penuh hati-hati. Hingga akhirnya kelapa pendek yang ditemukan tiga bulan lalu berkembang menjadi puluhan yang subur di ladangnya.

Baca Juga: Sejarah Pengusaha Kopra di Pangandaran Diculik Jepang, Kuwu Sidamulih Tewas Dipenggal

Langganan Pejabat, Tentara, Seniman, dan Luar Negeri

Karena usaha membudidayakan kelapa pendek Yakub berhasil, tanaman serbaguna ini banyak diminati oleh kalangan umum yang berasal dari berbagai profesi.

Langganan kelapa pendek Yakub berasal dari golongan atas seperti, pejabat, tentara, seniman, dan pengusaha luar negeri.

Adapun yang membuat kelapa pendek Yakub ini terkenal hingga ke mancanegara disebabkan oleh peran sahabat karibnya di tentara dahulu yaitu, Solihin G.P.

Seorang kombatan perang yang juga mantan Gubernur Jawa Barat tahun 1970-1975 ini mempromosikan produk kelapa Yakub ke beberapa kolega pejabat negara di Jakarta.

Tak disangka usaha iseng yang dilakukan Solihin ini berhasil. Ia membantu produk kelapa pendek Yakub laku di pasaran. Bahkan laris hingga ke pangsa pasar di luar negeri. Banyak pelanggan tetapnya menyebut kelapa tersebut dengan nama Kelapa Maya.

Sebutan Kelapa “Maya” milik Yakub ini berasal dari istilah orang-orang sekitar. Mereka mengetahui jika kelapa pendek itu ditemukan oleh Mayor Yakub atau disingkat jadi (Maya).

Mereka ikut senang dengan ditemukannya kelapa pendek di daerah Emplak oleh Yakub, sebab orang-orang di sana ikut kena dampak positifnya.

Banyak yang membuka usaha kecil-kecilan seperti warung sembako, warung nasi dan kopi untuk menyediakan logistik bagi para tamu-tamu penting Yakub di sela kunjungannya meneliti tumbuhan langka tersebut.

Tak hanya mereka (masyarakat Emplak) yang diuntungkan oleh penemuan Mayor Yakub, sebab daerah Pangandaran pada umumnya ikut menjadi terkenal sebagai daerah penghasil kelapa pendek terbesar di Indonesia.

Saking terkenalnya, Yakun mendapat penghargaan Kalpataru dari Universitas Padjajaran pada tahun 1979-1980.

Meskipun sudah mendapatkan penghargaan bergengsi di dalam bidang pertanian, tak menjadikan Yakub menjadi petani yang sombong. 

Hal ini tercermin dari kesediaannya melayani pelanggan peminat bibit “Kelapa Maya” meskipun hanya beli 1-10 butir saja.

Baca Juga: Sejarah Wisata Pantai Pangandaran, Terkenal Sejak Tahun 1923

Kelapa Maya Jadi Pusat Perhatian Para Peneliti

Bibit kelapa ajaib yang pernah dilanggan oleh Pengusaha Swasta di Texas, Amerika Serikat, serta seniman dan sutradara terkemuka pada tahun 1970-an bernama Lukman Hakim Nain ini ternyata pernah jadi pusat perhatian para peneliti di jurusan pertanian.

Mereka rela datang jauh-jauh seperti, Yogyakarta, Bandung, dan Jakarta untuk melihat bentuk asli dari tumbuhan Kelapa Maya.

Para peneliti di jurusan pertanian ini penasaran dengan latar belakang terjadinya pertumbuhan Kelapa Maya. Sebab jika dilihat dari bentuk dan posturnya, tumbuhan ini seharusnya belum berbuah lebat.

Namun Kelapa Maya yang dianggap ajaib ini justru panen lebat ketika ukuran tinggi pohon tersebut masih terbilang “sangat pendek”. Beberapa peneliti yang datang ke ladang Yakub menyebut, jenis Kelapa Maya ini bukan hasil Hibrida.

Pohon ini mempunyai perbandingan yang besar sebanyak 4-6 besar dengan kualitas air dari kelapa biasa. Kelapa Maya juga masuk dalam “Varietas Unggul” tahan hama dan cocok untuk dijadikan tanaman produksi.

Pemerintah bahkan pernah bermaksud menjadikan Kelapa Maya sebagai alat produksi pertama penghasil minyak kelapa.

Selain itu para pemangku negara yang berkepentingan dengan pertanian juga ingin membuat Kelapa Maya eksis dan laku di pasaran.

Sebab dengan memanfaatkan hasil produksi pohon ini, negara akan mengalami keuntungan berupa kenaikan jumlah kelapa untuk keperluan bahan pokok. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)

Memaksimalkan Peran PTPN Group Dalam Industri Kelapa Sawit Indonesia 

Prospek bisnis minyak kelapa sawit di Indonesia masih akan tetap positif dalam jangka panjang, meskipun dihantam sejumlah isu negatif akibat persaingan dagang di pasar global. Bahkan, konflik geopolitik dapat mempercepat substitusi minyak nabati lain menjadi crude palm oil (CPO) dan produk turunannya, seperti yang terjadi saat perang Ukraina vs Rusia. 

Sawit merupakan komoditas penghasil minyak nabati yang paling efisien. Produktivitas kelapa sawit rata-rata mencapai 3,3 ton per hektare (ha) per tahun.

Sedangkan, tumbuhan penghasil minyak nabati lainnya, seperti rapeseed hanya mampu memproduksi 0,7 ton minyak nabati per hektare per tahun, bunga matahari 0,7 ton per hektare per tahun, kedelai 0,4 ton per hektare per tahun, dan kelapa 0,7 ton per hektare per tahun.  

Angka ini menunjukkan bahwa, produktivitas kelapa sawit lima hingga delapan kali lipat lebih besar dibandingkan  tanaman penghasil minyak nabati lainnya.

Selama tidak terjadi peningkatan produktivitas secara drastis dari tanaman lain, ataupun penurunan drastis dari kelapa sawit, maka harga minyak sawit, tetap jauh lebih ekonomis dibandingkan  minyak nabati lain di pasar global. 

Semua data ini, sudah cukup menjadi alasan kuat bagi Indonesia untuk terus mempertahankan posisinya, sebagai penghasil sawit terbesar di dunia.

Produktivitas lahan dan pabrik minyak sawit harus terus menerus ditingkatkan. Hilirisasi produk sawit dikembangkan, sehingga ekspor sawit tidak hanya dalam bentuk minyak sawit mentah (CPO), tetapi juga dalam bentuk produk-produk turunannya yang memiliki nilai tambah lebih besar.

Pemerintah harus mengupayakan agar investor domestik maupun asing mau membangun pabrik produk-produk sawit di Indonesia, seperti coklat, kosmetik, dan sebagainya dari pada hanya mengimpor CPO dan minyak goreng. Dengan begitu, nilai tambah minyak sawit bagi perekonomian semakin dinikmati masyarakat.  

Jika kita melihat data, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) memprediksi produksi minyak sawit tahun ini akan meningkat sebesar 8 % hingga 10%  jika dibandingkan dengan produksi tahun 2021. Tahun lalu, produksi minyak sawit mencapai 51,30 juta ton. Dari jumlah itu, sebanyak 46,88 juta ton dalam bentuk CPO dan 4,41 juta ton minyak inti sawit mentah (crude palm kernel oil/ CPKO). 

Dari total produksi tahun 2021, sebanyak 18,42 juta ton di pasarkan di dalam negeri, sedangkan sebagian besar atau 34,23 juta ton diekspor ke sejumlah negara. 

Sementara itu, total konsumsi minyak nabati dunia, seperti dilansir statistika.com, mencapai 207,93 juta metrik ton per tahun. Minyak sawit mengisi 36,3% pangsa pasar minyak nabati dunia, sedangkan sisanya dikuasai oleh delapan tumbuhan penghasil miyak nabati lainnya.  

Data ini menjadi tambahan bukti, bahwa peluang bagi perusahan sawit Indonesia untuk mengisi pasar ekspor masih sangat besar. Tidak hanya menyasar pasar ekspor, perusahaan di dalam negeri juga masih berpeluang besar untuk mengelola produk hilir dari minyak sawit. 

Rentan Gejolak Harga

Sejalan dengan besarnya potensi ini, minyak kelapa sawit yang menjadi bahan baku salah satu dari Sembilan Bahan Pokok di Indonesia, sangat rentan terjadi gejolak harga. Masalah tidak hanya terjadi ketika harga internasional anjlok karena perusahaan dan petani akan langsung merugi.  

Persoalan juga ada ketika harga naik karena akan mengancam bisnis makanan dan kebutuhan rumah tangga karena harga minyak goreng di dalam negeri akan ikut meroket. Apa yang dapat dilakukan  pemerintah untuk mengendalikan harga ini, di tengah produksi minyak sawit sudah dikuasai oleh perusahaan swasta? 

Yang perlu dilakukan adalah menunjuk satu perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dapat menjadi menjadi perpanjangan tangan Pemerintah untuk mengatur perdagangan internasional dan menjadi koordinator pelaku industri sawit. 

Sehingga, Indonesia dapat menjadi pelaku utama perdagangan dan penentu harga sawit internasional dan dapat mengendalikan harga minyak goreng di dalam negeri.  BUMN dalam hal ini Palm Co yang sedang dalam proses pembentukan organisasi di internal PTPN Group, dapat mengambil peran itu karena potensinya ada. 

Caranya, dengan meningkatkan produktivitas lahan kebun dan pabrik Palm Co sendiri, meningkatkan produksi produk hilir, serta berperan dalam meningkatkan produktivitas lahan petani rakyat dengan bermitra dengan perusahaan atau petani plasma, maupun petani swadaya atau mandiri. 

Seperti diketahui, holding BUMN Perkebunan, yaitu PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III sedang membentuk sub holding Palm Co yang khusus mengelola lahan perkebunan dan pabrik kelapa sawit milik PTPN Group. Sub holding Palm Co ditargetkan sudah terbentuk pada akhir tahun 2022.  

Dengan menjadi sub holding dan mengelola satu komoditas tersendiri, maka peran PTPN Group melalui Palm Co dalam industri kelapa sawit akan semakin besar. Saat ini, data Statistik Perkebunan Unggulan Nasional 2020-2022, Kementerian Pertanian Republik Indonesia, menunjukkan PTPN Group perkebunan sawit yang nantinya menjadi Palm Co hanya akan menguasai kurang dari 5% lahan sawit dan kurang dari 10% produksi CPO.     

Sementara itu, dengan adanya revitalisasi perkebunan dan pabrik kelapa sawit (PKS) PTPN Group, melalui Palm Co, maka produksi CPO dari Indonesia akan meningkat tajam dari saat ini di masa mendatang, sehingga Indonesia menjadi produsen minyak nabati yang semakin diperhitungkan dunia.  

Berdasarkan data Kementerian Pertanian Amerika Serikat, tahun 2022, Indonesia akan menjadi pemasok CPO terbesar dunia. Produksi Indonesia diperkirakan  mencapai 46,5 juta metrik ton (MT), jauh mengalahkan Malaysia yang diprediksi hanya menghasilkan 19,8 juta MT CPO.

Di peringkat ketiga ada Thailand dengan volume produksi 3,26 juta MT, disusul Kolombia 1,83 juta MT, Nigeria 1,4 juta MT, Guatemala 910 ribu MT, Papua Nugini  650 ribu MT, Honduras 600 ribu MT, Côte D’ivoire 600 ribu MT, serta Brasil sebanyak  570 ribu MT di urutan ke-10. 

Sementara itu, 10 negara lain yang masuk 20 besar produsen CPO tahun ini, secara berurut dari peringkat ke-11 hingga ke-20, meliputi Ekuador, Kamerun, Kongo, Ghana, India, Kosta Rika, Meksiko, Peru, Filipina, dan Sierra Leone. 

Selain menjadi pendongkrak produksi, Palm Co dapat menjadi perpanjangan tangan Pemerintah untuk melakukan berbagai kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan produktivitas dan kesejahteraan petani. Berbagai subsidi dan insentif kepada petani, secara langsung dapat disalurkan melalui kemitraan Palm Co dengan para petani swadaya. 

Penyediaan minyak goreng dengan harga terjangkau rumah tangga kurang mampu juga dapat dilakukan melalui mekanisme subsidi. Namun, tugas ini tidak dilakukan oleh Palm Co, tetapi oleh pemerintah dalam hal ini Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). 

Selain CPO, Palm Co dapat juga mengolah kelapa sawit menjadi produk turunan lainnya. Palm Co juga memasarkan CPO maupun hasil-hasil kelapa sawit lainnya. Dengan demikian, Palm Co akan menciptakan efisiensi karena beberapa kegiatan usaha dilakukan di dalam satu perusahaan.  

Jika dikelola sesuai dengan strategi yang telah diterapkan, Palm Co akan menambah kekuatan Indonesia sebagai penghasil terbesar minyak sawit dunia. Sedangkan, dari sisi korporasi, Palm Co akan membawa PTPN Group menjadi perusahaan yang efisien, menguntungkan dan memberikan manfaat lebih besar bagi perekonomian nasional  

*) Ekonom/Dosen FEB Universitas Indonesia

Editor : Imam Suhartadi ([email protected])