Dalam pagelaran wayang kulit kita sering mendengarkan tembang yang memiliki lirik bahasa Jawa. Salah satu tembang yang memiliki banyak tema adalah tembang macapat.
Tembang ini umumnya terdapat dalam karya-karya sastra klasik Jawa dari masa Mataram Baru. Adapun pada karya prosa, tembang macapat ini disebut gancaran. Meski begitu, saat ini isi dari karya sastra Jawa tidak lagi begitu.
Saat ini tembang macapat masih sering dilantunkan dalam acara-acara di Jawa. Namun, masih banyak anak muda yang tidak mengenal tembang asal Jawa yang satu ini.
Apa Itu Tembang Macapat?
Tembang macapat adalah langgam dan bisa juga merupakan lagu dalam bentuk yang tidak lazim. Tembang macapat biasa ada pada seni karawitan Jawa.
Istilah tembang macapat merupakan gabungan dari kata tembang dan macapat. Kata macapat sendiri bukan berasal dari bahasa Jawa Kuno, bahasa Jawa Tengahan atau Bahasa Kawi melainkan berasal dari bahasa Jawa Baru.
Tembang macapat merupakan jenis tembang yang sering digunakan dan diterapkan pada kitab yang terbit pada masa Jawa Baru, yakni selepas abad ke-16.
Jenis-Jenis Tembang Macapat
Mengutip buku Serat Kandha Suluk Tembang Wayang oleh Bram Palgunadi (2021), jenis dari tembang macapat ada 11, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Pangkur
Pangkur berarti ekor yang kemudian diberi isyarat tut pungkur yang artinya mengekor. Tembang pangkur biasanya dibawakan dalam suasana seseorang ingin memberikan nasehat kehidupan kepada orang lain supaya bisa menempuh hidup baik dan bermanfaat.
2. Maskumambang
Maskumambang memiiki arti punggawa yang melaksanakan upacara Shamanistis. Tembang maskumambang biasanya dibawakan untuk menunjukkan suasana haru, memukau, mempesona atau memikat hati. Acara-acara tersebut misalnya kelahiran bayi yang sangat didambakan.
3. Sinom
Sinom bisa diartikan sebagai daun muda dan kadang diberi tanda sandi berupa gambar atau lukisan. Tembang sinom cocok untuk suasana atau acara yang menampilkan cerita-cerita, hikayat, legenda atau kepercayaan yang berhubungan dengan anak muda.
4. Asmarandana
Istilah asmarandana memiliki arti suka memberi. Tembang ini biasanya dibawakan dalam acara yang memiliki suasana penuh cinta, jatuh hati, memuja kekasih, cerita cinta atau cerita yang berhubungan dengan perasaan hati yang senang.
5. Dhandang-Gula
Dhandang-Gula memiliki arti menantikan kebaikan atau menunggu kebaikan. Tembang ini bertemakana suasana tentang kehormatan, kebesaran suatu hal, sifat-sifat utama atau nasehat baik.
6. Durma
Durma berasal dari bahasa Jawa Klasik yang artinya harimau. Tembang Durma bertemakan suasana seram, menakutkan, mencekam, horor, atau miris.
7. Mijil
Mijil berarti nama sejenis tumbuhan yang berbau wangi. Tembang mijil menggambarkan suasana awal, muda, kelahiran atau mengawali sesuatu.
8. Kinanthi
Kinanthi dapat diartikan sebagai bergandengan tangan, teman atau nama benda. Kinanthi bisa berarti bersama juga. Tembang Kinanthi bertemakan kebersamaan, penuh kasing sayang, penuh cinta, dan bersifat penuh persaudaraan.
9. Gambuh
Istilah gambuh berarti tahu, terbiasa, atau tetumbuhan. Tembang Gambuh memiliki watak ragu-ragu, tak bereputasi jelas, samar-samar, dan perilaku tak jelas.
10. Pucung
Pucung memiliki arti kuncup dedaunan, pucuk daun yang masih sangat muda. Tembang pucung biasa digunakan untuk menggambarkan suasana santai, cerita yang lucu, atau penuh jenaka.
11. Megat-Ruh
Megat-Ruh memiliki arti putus, tamat, pisah atau cerai. Tembang Megat-Ruh menggambarkan suasana sendu, sedih, kesendirian atau perpisahan.
Contoh Tembang Macapat
Di bawah ini adalah contoh dari tembang macapat:
Gegaraning wong akrami,
‘modal dalam pernikahan’
dudu bandha dudu rupa,
‘bukan harta atau rupa’
amung ati pawitané,
”hanya hati modal utamanya’
luput pisan kena pisan
‘sekali jadi, jadi selamanya’
yen ta gampang luwih gampang,
‘jika mudah, semakin gampang
yen angèl angèl kalangkung,
jika sulit, sulitnya bukan main
tan kena tinumbas arta
‘tak bisa ditebus dengan harta
Simak Video “Mengintip Hotel Lokasi Pembuatan Video Seks Kebaya Merah di Surabaya“
[Gambas:Video 20detik]
(pal/pal)