KOMPAS.com – Piranha termasuk dalam keluarga ikan bertulang yang memiliki bentuk gigi sangat khas. Mereka adalah sepupu dari ikan pacu, yang memiliki gigi yang sangat mirip dengan gigi manusia.
Tapi tidak seperti gigi ikan pacu yang pipih, gigi piranha sangat tajam dan efektif. Ikan piranha bergigi tajam ini berasal dari Amerika Selatan, dan dapat ditemukan di lembah sungai Amazon dan Orinoco.
Piranha termasuk hewan ilegal untuk dimiliki sebagai hewan peliharaan di sebagian besar wilayah, sebagian besar untuk mencegah penyebaran piranha ke saluran air lain di dunia.
Baca juga: Benarkah Piranha Berbahaya seperti dalam Cerita Film?
Piranha memiliki satu baris gigi yang sangat tajam yang membentang di sekitar mulut atas dan bawah.
Setiap gigi saling terpasang erat dengan gigi lainnya, terkadang membuatnya tampak tumpang tindih.
Deretan gigi tajam piranha itu menimbulkan mitos, bahwa piranha merupakan hewan laut buas yang bisa memakan daging apa saja, termasuk hewan berukuran besar seperti sapi, dan bahkan manusia.
Faktanya, piranha bukanlah karnivora sejati — yang tak makan apa pun selain daging. Piranha adalah omnivora, yaitu pemakan daging dan tumbuhan.
Gigi piranha tajam karena dua alasan, pertama untuk mencabik-cabik mangsanya seperti ikan kecil, dan kedua untuk mengikis tumbuhan di dasar sungai atau danau yang keruh.
Gigi piranha dirancang secara unik untuk memotong daging, tetapi mereka juga terbiasa memakan tumbuhan.
Baca juga: Apakah Ikan Piranha Aman untuk Dimakan?
Berapa Banyak Gigi yang Dimiliki Piranha?
Piranha umumnya memiliki sekitar 20 gigi yang dapat tumbuh hingga sepanjang 4 mm. Gigi bawah mereka biasanya lebih besar dari gigi atasnya, dan mereka memiliki underbite yang menonjol, sehingga giginya tampak menonjol seperti rahang bawah hiu.
Mengapa alam selalu menciptakan pola? – Saloni G., umur 16, Alwar, Rajasthan, India
Alasan pola sering muncul di alam dapat dijelaskan dengan sederhana. Proses fisika atau kimia dasar yang sama terjadi pada banyak zat dan organisme berpola pada proses pembentukannya. Pola rumit yang terjadi di alam, baik pada tumbuhan, hewan, atau batu, buih, dan kristal es, berasal dari fenomena pada tingkat atom dan molekul.
Pola di alam dapat dideskripsikan sebagai susunan bentuk atau warna yang berulang secara teratur. Beberapa contoh yang paling mencolok adalah susunan batu heksagonal di Giant’s Causeway di Irlandia Utara, susunan bunga fraktal yang indah pada tanaman brokoli Romanesco, serta garis-garis dan bintik-bintik warna-warni pada ikan-ikan tropis.
Setiap kuncup sekelompok tanaman brokoli Romanesco terdiri dari serangkaian kuncup lebih kecil yang disusun dalam pola spiral yang konsisten. Creativ Studio Heinemann/Westend61 via Getty Images
Pola-pola seperti ini mulai terbentuk dalam skala kecil ketika material mengalami proses seperti pengeringan, pembekuan, kerutan, difusi, dan reaksi. Perubahan tersebut kemudian memunculkan pola kompleks dalam skala yang lebih besar seperti yang dapat kita lihat sekarang.
Pola pada es dan batu
Coba kamu bayangkan kristal beku halus yang ada di kaca jendela pada hari yang dingin. Apa yang menciptakan pola itu?
Saat air membeku, molekul-molekulnya mulai bersatu membentuk kelompok. Molekul air memiliki bengkokan tertentu yang menyebabkannya menumpuk menjadi kelompok yang berbentuk segi enam saat membeku.
Saat kluster berkembang, banyak faktor lain, termasuk kelembapan dan suhu, mulai memengaruhi bentuk keseluruhannya. Misalnya, saat air membeku di kaca jendela, pola kecil yang tidak sempurna dan acak pada permukaan kaca tersebut akan menyebabkan penumpukan dan menciptakan pola yang lebih besar.
Kristal es pada jendela tua di Norwegia. Baac3nes/Moment via Getty Images
Proses penumpukan molekul yang sama ini berperan pada pembentukan variasi bentuk kepingan salju yang mencolok.
Bagaimana dengan pola kolom basal yang menakjubkan di Giant’s Causeway? Struktur batu ini terbentuk 50 juta hingga 60 juta tahun yang lalu saat lava – cairan berbatu panas dari bawah tanah – naik ke permukaan bumi dan mulai kehilangan suhu panasnya. Pendinginan pada lava menyebabkan lapisan atas basal berkontraksi. Lapisan yang lebih dalam dan panas menahan tarikan ini, sehingga menciptakan retakan di lapisan atas.
Saat lava mendingin, retakan menyebar semakin dalam ke bebatuan. Kualitas molekuler tertentu dari basalt, serta ilmu fisika dasar tentang proses pecahnya material – hukum fisika universal untuk semua zat di Bumi – menyebabkan retakan-retakan tersebut bertemu satu sama lain pada sudut tertentu untuk membuat segi enam, seperti molekul air yang menumpuk.
Pada akhirnya, basal yang mendingin pecah menjadi kolom batu berbentuk segi enam yang tetap menciptakan pola yang mengesankan jutaan tahun kemudian.
Pola pada hewan
Pembentukan pola kompleks pada makhluk hidup juga dimulai dengan mekanisme sederhana pada tingkat molekuler. Salah satu proses pembuatan pola yang penting melibatkan cara bahan kimia yang menyebar bereaksi satu sama lain.
Bayangkan tetesan pewarna makanan yang menyebar dalam segelas air – inilah yang disebut difusi.
Tetesan pewarna biru pada berbagai tahap difusi dalam air. Science Photo Library via Getty Images
Pada tahun 1952, ahli matematika Inggris Alan Turing menunjukkan bahwa penyebaran bahan kimia seperti ini di dalam bahan kimia lain dapat menyebabkan pembentukan semua jenis pola di alam .
Para ilmuwan telah membuktikan bahwa proses ini mereproduksi pola bintik macan tutul, pola belang-belang zebra, dan banyak ciri pada hewan lainnya.
Belang-belang harimau yang dapat membantunya berbaur dengan lingkungan sekitarnya akan memungkinkan mereka untuk bersembunyi dari mangsa. Sourabh Bharti/iStock via Getty Images Plus
Apa yang membuat ciri-ciri ini konsisten dari generasi ke generasi? Saat spesies hewan berevolusi, reaksi kimia berevolusi secara bersamaan dan menjadi bagian dari kode genetik mereka. Ini terjadi mungkin karena ciri-ciri mereka membantu hewan bertahan hidup. Sebagai contoh, pola belang membantu harimau menyamarkan diri mereka saat berburu di hutan atau padang rumput. Ini memudahkan mereka untuk mengejutkan dan menangkap mangsanya.
Namun, para ilmuwan masih terus meneliti rincian bahan kimia tertentu yang terlibat dalam proses-proses ini.
Para ilmuwan terkadang tidak mengetahui kegunaan dari suatu pola, dan bahkan bisa jadi suatu pola tidak memiliki kegunaan apapun. Proses molekuler yang cukup sederhana mungkin menghasilkan pola secara kebetulan.
Misalnya, dalam pekerjaan tim riset saya yang mempelajari butiran serbuk sari tanaman, kami melihat berbagai macam pola, termasuk pola runcing, garis, dan banyak lagi.
Butir serbuk sari dari berbagai tanaman umum seperti bunga matahari, tanaman morning glory, hollyhock, lily oriental, evening primrose, dan biji kasturi – diperbesar 500 kali dan diwarnai dalam gambar ini – menampilkan pola yang rumit. Dartmouth Electron Microscope Facility
Kami belum mengerti mengapa sebuah tanaman dapat menghasilkan suatu pola serbuk sari tertentu yang berbeda dari tanaman-tanaman lain. Apapun kegunaan yang dimiliki pola ini dan pola lainnya di alam, keragaman, kompleksitas, dan keteraturannya sangatlah mengagumkan.
Apakah kamu punya pertanyaan yang ingin dikembangkan ke ahli? Minta bantuan ke orang tua atau orang yang lebih dewasa untuk mengirim pertanyaanmu pada kami. Ketika mengirimkan pertanyaan, pastikan kamu sudah memasukkan nama pendek, umur, dan kota tempat tinggal. Kamu bisa:
Zalfa Imani Trijatna dari Universitas Indonesia menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.