Oleh: Witri Prianah,S.Pd.SD., Guru SD Negeri 02 Sukorejo, Kabupaten Pekalongan
Perkembangan kognitif siswa sekolah dasar memiliki tahap perkembangan operasional kongkrit.Dimana pada perkembangan tersebut siswa akan lebih muda memahami suatu masalah atau materi pelajaran apabila dikaitkan secara langsung dengan alam disekitarnya atau mengamati benda secara langsung.
IPAS merupakan suatu mata pelajaran yang memuat materi pengetahuan alam dan sosial.Mata pelajaran IPAS merupakan peleburan IPA dan IPS pada Kurikulum Merdeka.Pembelajaran IPAS memiliki peran yang sangat penting dalam proses pendidikan.Selain itu juga untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.Keterpaduan mata pelajaran IPA dan mata pelajaran IPS (IPAS) menjadi salah satu solusi pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi literasi dan numerasi yang perlu dikembangkan.
Menurut Ahmad Susanto (2013:167) dalam bukunya yang berjudul Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar,IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran,serta menggunakan prosedur,dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan.
Berdasarkan pengalaman mengajar di kelas IV SD Negeri 02 Sukorejo,pembelajaran IPA merupakan pembelajaran yang sulit dan kurang menarik siswa,terutama dalam mengidentifikasi struktur tumbuhan yaitu bagian-bagian akar,batang,bunga dan daun serta membedakan jenis-jenis daun berdasarkan tulang daunnya.
Kurang semangatnya siswa dalam belajar membuat rendahnya hasil belajar,disebabkan karena dalam proses pembelajaran metode yang digunakan oleh guru tidak sesuai dengan materi, dan cenderung menggunakan metode ceramah.Sehingga siswa merasa bosan dan kurang termotivasi dalam belajar
Berdasarkan gambaran di atas,sebagai seorang guru harus mempunyai metode yang tepat dalam pembelajaran agar proses belajar mengajar menjadi menyenangkan dan mudah dipahami oleh siswa.
Untuk mengatasi rendahnya hasil belajar dan meningkatkan semangat belajar siswa,maka penulis menerapkan metode pembelajaran secara kontekstual yang dapat membangkitkan semangat dalam belajar agar meningkatkan hasil belajar IPA.
Menurut Wina Sanjaya (2005:109) pembelajaran kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkan dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk menerapkan pada kehidupan mereka.
Melalui pembelajaran kontekstual akan memotivasi siswa untuk lebih mudah dalam belajar dan memahami materi pelajaran dengan tepat karena siswa mengamati secara langsung dilingkungan sekitar.Siswa dapat memecahkan masalah dan mengetahui sendiri apa yang sedang dipelajari dengan kegiatan melihat langsung benda konkritnya dibandingkan hanya mendengar penjelasan dari guru.
Dengan pembelajaran kontekstual ternyata siswa lebih bersemangat mengikuti pelajaran IPA dalam mengidentifikasi struktur tumbuhan yaitu bagian-bagian akar,batang,bunga dan daun serta membedakan jenis-jenis daun berdasarkan tulang daunnya.
Setelah guru memberikan tugas kepada siswa untuk mengamati beberapa tumbuhan yang ada disekitar lingkungan rumah mereka dan menetukan bagian-bagian akar,batang,bunga dan daun serta membedakan jenis-jenis daun berdasarkan tulang daunnya.Siswa merasa semangat untuk mengerjakan tugasnya secara berkelompok dengan temannya.
Indikator keberhasilan dalam proses pembelajaran adalah dengan menggunakan kriteria ketuntasan minimal pada mata pelajaran IPA dengan tingkat ketuntasan mencapai 90 persen dari keseluruhan siswa kelas empat.Data tersebut berdasarkan dari hasil evaluasi yang dikerjakan oleh siswa.
Ternyata setelah guru melakukan evaluasi tentang struktur tumbuhan,hasil yang diperoleh siswa menjadi meningkat.Semua siswa mendapat nilai di atas kriteria ketuntasan minimal.Siswa pun merasa bangga dengan hasil yang diperoleh.Siswa menjadi merasa senang dan semangat dalam mengikuti pelajaran IPA karena dengan pembelajaran kontekstual,materi lebih mudah dipahami,menarik dan menyenangkan.