Sukabumi –
Sampah makanan (food waste) masih menjadi momok persoalan di Indonesia. Berdasarkan laporan ‘Food Waste Index 2021’ yang diterbitkan United Nations Environment Programme (UNEP) mencatat total sampah makanan di Indonesia mencapai 20,93 juta ton setiap harinya.
Akan tetapi, tahukah kamu jika sampah makanan bisa menjadi cara untuk menciptakan ketahanan pangan? Jawabannya adalah bisa! Hal itu diterapkan di Pondok Pesantren Dzikir Al Fath yang berlokasi di Karang Tengah, Kecamatan Gunungpuyuh, Kota Sukabumi.
Para santri diberdayakan untuk menciptakan kemandirian pangan dengan cara membuat lahan pertanian yang terintegrasi dengan dapur. Program tersebut bertajuk Integrated Farm Education and Entrepreneurship (IFE2), di mana santri belajar untuk memanfaatkan limbah makanan dan organik agar tak terbuang sia-sia.
“Integrated Farm Education and Entrepreneurship (IFE2) ini pertanian terpadu dari hulu ke hilir. Semuanya tidak ada sisa zero waste artinya semuanya tidak ada sisa, tidak ada limbah,” kata Pimpinan Ponpes Dzikir Al Fath KH Muhammad Fajar Laksana, Jumat (18/11/2022).
Dia mengatakan, siklus bertani yang dilakukan para santri dan santriwati ini akan terus berjalan dan berkesinambungan dengan memanfaatkan sampah makanan. Sisa makanan yang ada juga dapat mengurangi beban biaya pertanian apabila diolah di lahan IFE2.
Contohnya, kata dia, limbah organik dapat menjadi pakan maggot atau belatung yang mengandung protein tinggi. Setelah masuk masa panen, maggot dapat digunakan sebagai pakan hewan ternak seperti ayam, bebek, maupun ikan lele.
Upaya Pesantren Al-Fath Sukabumi bangun ketahanan pangan dari limbah makanan sisa Foto: Siti Fatimah/detikJabar
|
Kemudian, dari kotoran ayam dan bebek bisa dimanfaatkan menjadi pupuk organik untuk tanaman sayuran yang ada di IFE2 seperti cabai, tomat, buncis, bayam, kunyit, jahe, bawang merah, bawang putih dan masih banyak lagi.
“Dari mulai ternak ayam, bebek, dan ikan di mana kotoran ayam, kotoran bebek kemudian dijadikan pupuk kandang, pupuk padat dan cair. Kemudian ayam, ikan, dan bebek menjadi makanan dimasak di dapur santri,” ujarnya.
“Di dapur kemudian ada limbah lagi, limbahnya dijadikan pupuk dan bisa dikasih ke maggot untuk pakan. Begitu terus berulang sehingga ketahanan pangan bisa dirasakan oleh santri,” ungkapnya.
Selain itu, di lahan IFE2 ini santri juga menanam tanaman untuk obat herbal di pengobatan herbal Etnofarmaka Al Fath. Tumbuhan tersebut meliputi kunyit putih, kunyit kuning, jahe merah, daun sirih, mahkota dewa, kembang sepatu, daun alpukat, dan daun jambu.
“Nah inilah sistem pertanian di zaman dahulu kala, dan menunjukkan bahwa apa yang diciptakan oleh Allah tidak ada yang sia sia. Jadi ciptaan Allah itu ayam, kotorannya, makanannya itu tidak ada yang sia sia,” ucap KH Fajar.
Upaya Pesantren Al-Fath Sukabumi bangun ketahanan pangan dari limbah makanan sisa Foto: Siti Fatimah/detikJabar
|
Selain dari limbah dapur, Ponpes Dzikir Al Fath juga memanfaatkan rumah produksi tahu untuk diambil ampas dan limbahnya agar dapat diolah menjadi pupuk cair organik.
“Pabrik tahu itu tidak mengeluarkan limbah karena di sini itu langsung kita pakai untuk menyiram tanaman yang ada di IFE2, ampas tahunya bukan limbah,” jelasnya.
“Makan tanpa duit itu tadi integrated Farm kita punya tahu, tahunya dari kedelai yang kita tanam di kebun. Kemudian kedelainya diolah di rumah produksi tahu kemudian menghasilkan pupuk cair, pupuk cairnya balik ke kedelai lagi kemudian ampasnya untuk bebek, ayam, ikan,” sambungnya.
Upaya Pesantren Al-Fath Sukabumi bangun ketahanan pangan dari limbah makanan sisa Foto: Siti Fatimah/detikJabar
|
Di sisi lain, program ini juga dapat dijadikan sebagai upaya antisipasi atas adanya isu ancaman krisis ekonomi dan resesi global tahun 2023 mendatang. Menurutnya, warga dapat belajar dari kegiatan para santri ini untuk lebih fokus dalam menjaga ketahanan pangan.
“Kalau kita ingin terbebas dari resesi ekonomi maka jangan kejar uang, kejarlah kreativitas dan inovasi yang uang akan mendatangi kita, tapi kalau kita kejar uang yang ada inflasi akan terjadi resesi karena kita ketergantungan dengan uang. Dalam bab Tauhid namanya jangan menuhankan uang,” jelasnya.
Sementara itu, Walikota Sukabumi Achmad Fahmi mengatakan, inovasi yang dilakukan Ponpes Dzikir Al Fath berupa pertanian terintegrasi ini sangat berguna untuk bekal ilmu para santri. Menurutnya, program ini juga dapat menumbuhkan jiwa entrepreneur (pengusaha) para santri.
“Pondok pesantren memiliki daya tahan yang kuat baik dari sisi ekonomi maupun pendidikannya karena sejak awal pesantren ini memiliki kurikulum tersendiri dibandingkan dengan kurikulum yang dilakukan oleh pendidikan nasional kita,” kata Fahmi.
(yum/yum)