BKSDA Kalbar perkuat sinergi perlindungan tumbuhan juga satwa liar ANTARA Kalimantan Barat

Informasi Tentang Universitas Di Indonesia Dan Seluruh Dunia
BKSDA Kalbar perkuat sinergi perlindungan tumbuhan juga satwa liar ANTARA Kalimantan Barat
ZONAUTARA.COM – “Mohon berhenti sebentar pak, stop!, stop!,” teriak Robin sambil melambai-lambaikan tangan kanan yang erat memegang stik lampu lalu lintas. Intonasi suaranya akan meninggi jika laju mobil yang melintas tidak berkurang.
Seperdua malam, di Selasa, 20 Desember 2022 yang dingin tidak mengurangi kegigihan Robin, kendati malam ini baru terhitung sebagai malam pertama baginya. Masih ada dua malam tiga hari yang tersisa lagi, yakni 21 Desember hingga 23 Desember, untuk tetap bertarung dingin menghalau pengendara di persimpangan jalan Pinogaluman, Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong). Lokasi yang dianggap strategis sebagai jalur lintasan.
Belajar dari pengalaman, laki-laki paruh baya ini penuh keyakinan bahwa, tidak sedikit pengendara pengangkut buruan menghindari operasi. Apalagi pada jelang perayaan Natal dan Tahun Baru. Mereka akan menghindar sebaik mungkin agar tidak merugi.
Robin sendiri merupakan bagian dari tim operasi pemeriksaan tumbuhan dan satwa liar yang digelar Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Utara (Sulut).
Sebagai Masyarakat Mitra Polhut (MMP), Robin kerap kali diajak ikut operasi, baik di dalam hutan ataupun di jalur-jalur lintasan di sepanjang Trans Sulawesi, seperti pada malam ini.
Sebenarnya wilayah tugas Robin adalah di Cagar Alam Gunung Lokon. Namun, seperti tahun-tahun sebelumnya, Robin selalu terlibat pada operasi rutin BKSDA setiap H-3 perayaan Natal.
Pengalaman juga pengetahuan dasar tentang hewan, tumbuhan dan lingkungan menjadi bekal Robin. Membuat Robin memiliki sensitifitas yang baik. Sensor alamiah yang bisa digunakan dalam mendeteksi kemungkinan adanya target operasi: tumbuhan dan satwa liar, terutama yang dilindungi.
Aksi berani dan tegas Robin bukan tanpa alasan. Robin telah terbiasa menghadapi para pelaku ilegal logging, juga pengangkut satwa liar dilindungi yang terbilang nekat. Tidak sedikit mobil tetap melaju dan lari, tidak mau berhenti.
“Memang dari dulu kalau kata teman-teman, saya sudah tegas. Tetapi, ada hal lain yang sebenarnya membuat saya harus mengambil sikap seperti itu. Saya kerap berhadapan dengan berbagai macam (pelaku) karakter yang berbeda-beda, jadi saya harus memiliki mental yang baik juga,” kata Robin.
Dalam aksinya Robin bahkan pernah dilaporkan pelaku ke pihak kepolisian, namun tidak ditindaklanjuti karena tidak ada regulasi dalam aksi-aksinya yang bisa menjerat Robin, hingga Robin pun melapor balik. Buntut laporannya tersebut, saat ini pelaku mendekam di tahanan.
Robin mengaku tidak pernah takut selagi berada dalam kebenaran, apalagi pada patroli kali ini Robin tidak sendiri. BKSDA Sulut juga melibatkan berbagai pihak seperti Dinas Pertanian dan Peternakan Bolmong, Polsek Lolak, MMP, PPS Tasikoki juga mitra lainnya.
Berasal dari Palu, Robin terlahir tiga bersaudara. Sejak dulu dirinya memang memiliki ketertarikan sendiri dengan alam. Hal yang mendorongnya masuk dalam komunitas Pencinta Alam (PA).
Sudah delapan tahun bergabung dengan MMP BKSDA Sulut, Robin selalu mendapat dukungan dari istri, walau kerjanya tidak lepas dari risiko yang membayang. Dukungan sang istri ini dibuktikan dengan kesiapan untuk ikut Robin tinggal di pos BKSDA di CA Gunung Lokon.
Dalam menjalani aksinya Robin selalu semangat dan berusaha loyal. Motivasinya sederhana. Robin ingin alam dan seisinya tetap seimbang dan terjaga, sehingga keberlangsungan semua makhluk tetap ada.
“Jangan sampai anak-anak dan cucu kita nanti tidak bisa melihat langsung satwa-satwa ini. Kan sayang, kalau mereka hanya bisa melihat dari gambar-gambar (saja) apalagi, jika mengingat jumlah satwa yang sudah semakin berkurang di alam. Biarkan kedamaian dan suka cita juga dirasakan semua makhluk, termasuk hewan dan tumbuhan bukan hanya manusia. Jika tumbuhan dan satwa tidak terjaga, maka hidup kita juga akan terpengaruh,” ucap Robin.
Robin berharap, upaya yang dilakukan BKSDA dan berbagai pihak bisa menekan laju kepunahan satwa dan senantiasa melestarikan tumbuh dan kehidupan tumbuhan dan satwa liar di alam.
“Minimal dengan sedikit aksi-aksi kecil saya di Gunung Lokon agar tetap terawat dengan baik dan memberi dampak positif. Tentu juga dengan upaya operasi-operasi seperti ini,” kata Robin.
(Beritadaerah- Kolom) Penangkaran Tumbuhan dan Satwa Liar adalah upaya perbanyakan melalui pengembangbiakan dan pembesaran tumbuhan dan satwa liar dengan tetap mempertahankan kemurnian jenisnya.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat luas daratan Indonesia sebesar 187,8 juta ha pada 2020. Dari jumlah tersebut sebesar 88,4 juta ha atau 47,1 persen merupakan kawasan hutan.
Berdasarkan informasi dari Rainforest Action Network (2017), hutan hujan di Indonesia memiliki 10 persen spesies tumbuhan dan 17 persen dari semua spesies burung yang dikenal dunia. Tidak hanya itu, 12 persen spesies mamalia termasuk mamalia yang terancam punah seperti Orang Utan, Harimau Sumatera, dan Badak juga tinggal di hutan Indonesia. Seribu spesies reptil dan amphibi atau setara dengan 10 persen dari populasi dunia juga terkandung di dalamnya.
Keanekaragaman tumbuhan dan satwa liar di hutan Indonesia tidak hanya berfungsi untuk menjaga keseimbangan ekosistem yang ada, akan tetapi juga memberikan nilai ekonomi. Keindahan dan keunikan dari tumbuhan dan satwa liar memiliki daya tarik tersendiri bagi para pecinta flora dan fauna.
Antusiasme pada tumbuhan dan satwa liar dari Indonesia membuat tumbuhan dan satwa liar menjadi komoditas yang potensial untuk diperjualbelikan.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan pamanfaatan tumbuhan dan satwa liar tanpa mengabaikan pelestarian lingkungan, kegiatan penangkaran tumbuhan dan satwa liar perlu terus dikembangkan.
Dengan hasil penangkaran yang dilakukan, permintaan terhadap tumbuhan dan satwa liar dapat dipenuhi dan keberadaan tumbuhan serta satwa liar di hutan Indonesia juga tetap terjaga dari kepunahan.
Jenis Satwa
Kelompok Mamalia, terdiri dari: Kera ekor panjang, Beruk, Monyet mini Sulawesi, Sangapuar, Kalong, Bajing berkantung bergaris, Bajing gula, Tupai kepala, Tupai Prevosti, Rusa Timor.
Kelompok Serangga terdiri dari: Jenis kupu-kupu dilindungi seperti Ornithera spp. dan Troides spp. serta jenis kupu- kupu yang tidak dilindungi.
Kelompok Ikan terdiri dari Arwana Super Red, Arwana Golden, Arwana Green, Arwana Banjar, Arwana Jardini/Payang Irian.
Kelompok Reptilia, terdiri dari: Ular Boa Tanah, Ular Sanca, Ular Kobra, King Cobra. Buaya Air Tawar Irian, Buaya Muara. Bulus, Kura-Kura Ambon, Kura-Kura Forsteni, Kura Daun Sulawesi, Kura-Kura Emys. Soa Payung, Soa Layar, Kadal Panama, Kadal kuning, Kodok mata merah, Kodok Dendrobates, Kodok hijau, Kodok tanduk, Biawak, Bunglon perarmata, Bunglon Chamaleon, Bunglon tanduk.
Kelompok Burung, terdiri dari: Nuri, Betet, Kakatua, Perkici, Bayan, Kasturi, Beo, Serindit, Paok, Jalak Bali, Burung Raja Udang, Alap- alap tikus, Elang Bondol, Rangkong Jawa, Rangkon Papan, Blue and Glow Macaw, Ara and Green Macaw, Scarlet Macaw.
Kelompok Tumbuh-Tumbuhan terdiri dari: Semua jenis anggrek hibrida (hasil silangan), lidah buaya, Cactus hibrida, Cycas spp., dan Gaharu.
Kelompok Anthozoa (Coral/ Karang) terdiri dari: Semua jenis karang hasil transplantasi dan semua jenis kima.
Jumlah Perusahaan
Perusahaan Penangkaran dan Peredaran Tumbuhan dan Satwa Liar merupakan perusahaan yang memiliki izin penangkaran dan izin peredaran tumbuhan dan satwa liar, baik peredaran dalam negeri maupun ke luar negeri atau ekspor. Tidak termasuk lembaga penelitian, kebun binatang, lembaga konservasi dan tempat wisata yang mengembangbiakan tumbuhan dan satwa liar.
Pulau dengan jumlah perusahaan penangkaran dan peredaran tumbuhan dan satwa liar terbanyak adalah Pulau Jawa yaitu sebanyak 48 perusahaan. Sebaliknya, di Pulau Maluku dan Papua hanya terdapat dua perusahaan penangkaran dan pengendaran tumbuhan dan satwa liar.
Dengan total perusahaan yang aktif beroperasi melakukan usaha penangkaran sebanyak 104 perusahaan pada tahun 2021, luas lahan yang dikuasai oleh perusahaan penangkaran dan peredaran tumbuhan dan satwa liar tersebut adalah sebesar 183.691.503,69 m2. Lahan tersebut digunakan untuk kegiatan penangkaran yaitu untuk kolam, laut, kandang, kebun, dan tempat penangkaran lain serta sarana prasarana pendukung seperti perkantoran, perumahan, serta fasilitas lainnya.
Sebesar 99,57% dari luas lahan yang dikuasai perusahaan digunakan untuk penangkaran. Lahan yang digunakan untuk perkantoran dan perumahan masing-masing sebesar 0,39% dan 0,04%.
Status Permodalan
Sumber permodalan perusahaan- perusahaan yang aktif beroperasi melakukan usaha penangkaran dan peredaran tumbuhan dan satwa liar terdiri dari 4 sumber yaitu pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta nasional, dan swasta asing. Sumber permodalan terbesar perusahaan penangkaran tumbuhan dan satwa liar bersumber dari swasta nasional, yaitu sebanyak 102 perusahaan atau sekitar 98%. Sedangkan perusahaan yang modalnya bersumber dari pemerintah pusat dan swasta asing masing-masing sebanyak 1 perusahaan.
Nilai Produksi
Nilai produksi tumbuhan dan satwa liar mengalami penurunan di tahun 2021 jika dibandingkan dengan tahun 2020. Hal ini terjadi dikarenakan pandemi Covid-19 yang mengakibatkan perusahaan kesulitan untuk melakukan kegiatan produksi tumbuhan dan satwa liar. Pada tahun 2021, nilai produksi tumbuhan dan satwa liar mencapai hampir 145 miliar rupiah.
Koral menempati posisi pertama dengan nilai produksi tertinggi mencapai 43 miliar rupiah. Posisi kedua ditempati oleh ikan arwana dengan nilai produksi sebesar 42 miliar rupiah. Sedangkan anggrek menempati posisi ketiga dengan nilai produksi mencapai 25 miliar rupiah.
Di sisi lain, nilai produksi tumbuhan dan satwa liar terendah adalah produksi gaharu yaitu sebesar 2 juta rupiah. Posisi kedua terendah adalah burung beo dengan nilai produksi sebesar 4 juta rupiah. Musang menempati posisi ketiga terendah dengan nilai produksi sebesar 7,5 juta rupiah.
Pengeluaran
Pengeluaran perusahaan dibagi menjadi pengeluaran untuk kegiatan penangkaran, pengeluaran untuk upah/gaji pekerja, dan pengeluaran lainnya seperti untuk bahan bakar dan pelumas, listrik dan air, pajak, serta yang lainnya.
Pengeluaran perusahaan terbesar di tahun 2021 adalah untuk membayar upah/gaji pekerja dengan persentase sebesar 54,43%. Kemudian, pengeluaran untuk kegiatan penangkaran tumbuhan dan satwa liar sebesar 16,21% dan sisanya dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan.
Tenaga Kerja
Pekerja di perusahaan penangkaran tumbuhan dan satwa liar dibagi menjadi pekerja tetap dan pekerja tidak tetap.
Jumlah pekerja tetap di perusahaan penangkaran tumbuhan dan satwa liar di akhir tahun 2021 lebih banyak daripada jumlah pekerja tidak tetap.
Jumlah pekerja tetap pada akhir tahun 2021 di seluruh perusahaan penangkaran tumbuhan dan satwa liar mencapai 1.429 pekerja. Jumlah pekerja tetap tersebut terdiri dari 1.303 pekerja tetap laki-laki dan 288 pekerja tetap perempuan.
Sedangkan jumlah pekerja tidak tetap pada akhir tahun 2021 adalah sebanyak 163 pekerja. Jumlah ini terdiri dari 114 pekerja tidak tetap laki-laki dan 48 pekerja tidak tetap perempuan.
Adapun pendidikan pekerja tetap pada perusahaan penangkaran tumbuhan dan satwa liar di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 10. Dari seluruh pekerja tetap, sebanyak 1,19% Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD, sedangkan yang menamatkan SD sebesar 10,57%. Pekerja yang menamatkan pendidikan SLTP dan SLTA masing-masing sebesar 21,48% dan 52,97%, sedangkan pekerja yang telah menamatkan pendidikan tinggi D1/D3, D4/S1, dan S2/S3 masing-masing sebesar 2,10%, 10,15%, dan 1,54%.