Tag: Wariga

Tumpek Wariga Menurut Hindu di Bali: Makna, Tujuan, dan Pelaksanaannya

Bali

Umat Hindu di Bali kembali merayakan rahina Tumpek Wariga, Sabtu (10/12/2022). Itu menandakan, Hari Raya Galungan akan tiba 25 hari lagi. Rahina Tumpek Wariga dirayakan setiap enam bulan atau 210 hari sekali, tepatnya pada Saniscara Kliwon Wariga.

Dilansir dari buku Hari Raya Galungan karya Ni Made Sri Arwati (1992), Tumpek Wariga juga sering disebut dengan nama Tumpek Pengarah, Tumpek Pengatag, Tumpek Uduh, atau Tumpek Bubuh. Hari ini dipergunakan untuk memberi semacam arahan atau berkomunikasi dengan tumbuh-tumbuhan agar berbuah yang banyak dan hasilnya dapat dipersembahkan saat Hari Raya Galungan.



Saat Tumpek Wariga, upacara umumnya dilakukan di kebun atau tegalan milik warga. Umat Hindu di Bali menghaturkan sesaji berupa canang dan bubur dari tepung beras yang dipersembahkan untuk Dewa Sangkara, manifestasi Ida Sang Hyang Widhi sebagai dewa tumbuh-tumbuhan.

Bubur tersebut kemudian ditempelkan pada pohon setelah ditoreh sedikit sembari mengucapkan sesapa:

“Kaki kaki, Nini nini, Sarwa tumuwuh. Niki tiyang ngaturin bubuh mangda ledang tumbuh subur, malih selae lemeng Galungan. Mabuah apang nged, nged, nged…”

Saat mengucapkan nged, biasanya diikuti dengan mengetok batang pohon sebanyak tiga kali. Hal itu dimaksudkan agar pohon berbuah banyak sehingga bisa menjadi bekal saat Galungan nanti.

Secara ringkas, Tumpek Wariga merupakan hari untuk memberi penghormatan kepada alam dan lingkungan, khususnya tumbuh-tumbuhan. Perayaan Tumpek Wariga juga merupakan penjabaran dari salah satu inti konsep Tri Hita Karana, yakni membangun hubungan harmonis antara manusia dengan alam.

Menurut Arwati, perayaan Tumpek Wariga di Bali memiliki tujuan secara lahir dan batin. Secara lahir, tumbuh-tumbuhan merupakan teman hidup sekaligus sumber makanan bagi manusia sehingga perlu dirawat dengan baik agar sama-sama hidup secara harmonis.

Sedangkan secara batiniah, Tumpek Wariga menjadi momen untuk memohonkan kekuatan hidup pada tumbuh-tumbuhan agar senantiasa dapat dikembangkan dengan sarana upacara dan upakara. Terlebih, praktik keagamaan menurut Hindu di Bali tidak terlepas dari berbagai ritual dan upakara yang sumbernya juga lebih banyak dari alam.

Itu sebabnya, pada hari ini ada pantangan untuk menebang dan memetik hasil dari tumbuh-tumbuhan. Secara lebih luas, perayaan Tumpek Wariga tak semata-mata untuk menandai Galungan yang sudah dekat. Melainkan juga mengandung spirit pelestarian lingkungan. Itu pula sebabnya, Tumpek Wariga sering dikaitkan sebagai Hari Lingkungan Hidup-nya umat Hindu di Bali.

Simak Video “Mengenal Tumpek Wariga, Tradisi Mengupacarai Pohon di Bali
[Gambas:Video 20detik]
(iws/dpra)

Saniscara Kliwon Wariga, Tumpek Bubuh

Bali

Saniscara Kliwon Wariga atau Sabtu 10 Desember 2022. Hari ini bertepatan dengan hari Tumpek Wariga atau Tumpek Bubuh atau Tumpek Pengatag.

Saat Tumpek Wariga, umat Hindu di Bali memberi penghormatan kepada alam dan lingkungan, khususnya kepada tumbuh-tumbuhan. Ini sekaligus sebagai implementasi konsep Tri Hita Karana, yakni membangun hubungan harmonis dengan alam.

Penghormatan tersebut dilakukan dengan menghaturkan sesajen, salah satunya bubur sumsum. Itulah sebabnya, Tumpek Wariga dikenal juga dengan Tumpek Bubuh (bubur) atau Uduh.



Ada juga yang menyebutnya dengan Tumpek Pengatag karena dalam proses mengaturkan sesajen kepada tumbuh-tumbuhan disertai ngatag. Peringatan Tumpek Bubuh dilaksanakan 25 hari sebelum Hari Raya Galungan.

Upacara Tumpek Wariga umumnya dilakukan di kebun atau tegalan milik warga. Pada salah satu atau beberapa pohon buah akan dihaturkan sesaji dalam beberapa jenis bebantenan ditambah bubur sumsum.

Mereka berdoa dan berharap agar pepohonan yang ada di kebun atau tegalan tumbuh subur dan berbuah banyak. Sehingga nantinya bisa dipersembahkan lagi untuk keperluan upacara saat Hari Raya Galungan.

Biasanya, saat nagtag, pemilik kebun atau tegalan akan menyampaikan kalimat dalam bahasa Bali sebagai berikut: Kaki kaki. Nini nini. Sarwa tumuwuh. Niki tiyang ngaturin bubuh mangde ledang tumbuh subur bin selai lemeng jani Galungan apang mabuah. Nged. Nged. Nged.

Lantas, bagaimana ala ayuning dewasa hari ini?

Kalender Bali memuat ala ayuning dewasa, atau hari baik berdasarkan perhitungan khusus. Sebagian besar umat Hindu di Bali masih menjadikan ala ayuning dewasa sebagai pedoman kehidupan kesehariannya.

Perhitungan ala ayuning dewasa ini pun menjadi bagian penting dalam setiap kegiatan adat dan ritual di masyarakat.

Berikut ala ayuning dewasa atau hari baik pada Saniscara Kliwon Wariga atau Sabtu 10 Desember 2022 berdasarkan perhitungan kalender Bali sebagaimana dikutip dari kalenderbali.org:

Saniscara Kliwon Wariga atau Sabtu 10 Desember 2022

  • Banyu Urug. Baik untuk membuat bendungan. Tidak baik untuk membuat sumur. (Alahing dewasa 3).
  • Carik Walangati. Tidak baik untuk melakukan pernikahan/wiwaha, atiwa-tiwa/ngaben dan membangun rumah. (Alahing dewasa 3).
  • Kala Bancaran. Baik untuk membuat senjata, taji, pengiris (pisau besar untuk mengiris atau untuk mengadap nira). (Alahing dewasa 3).
  • Kala Geger. Baik untuk membuat alat-alat penangkap ikan, membuat kentongan, cagcag (perkakas tenun), kroncongan (genta sampi dari kayu), genta (bajra), kendang (bedug), gambelan, dan alat bunyi-bunyian lainnya. (Alahing dewasa 3).
  • Kala Matampak. Baik untuk menanam segala sesuatu (bercocok tanam). (Alahing dewasa 3).
  • Kala Sarang. Mengandung sifat boros/terapas. Tidak baik untuk berbelanja (Alahing dewasa 3).
  • Kala Tampak. Tidak baik untuk dewasa nikah (perkawinan). (Alahing dewasa 3).
  • Pepedan. Baik untuk membuka lahan pertanian baru. Tidak baik untuk membuat peralatan dari besi. (Alahing dewasa 3).
  • Purwanin Dina. Tidak baik sebagai dewasa ayu (Alahing dewasa 4).
  • Rangda Tiga. Tidak baik melakukan upacara pawiwahan. (Alahing dewasa 3).
  • Sri Tumpuk. Baik untuk memcari burung (mepikat). (Alahing dewasa 4).
  • Pararasan: Laku Bumi, Pancasuda: Tunggak Semi, Ekajalaresi: Werdi Putra, Pratiti: Jaramerana

Simak Video “Mengenal Tumpek Wariga, Tradisi Mengupacarai Pohon di Bali
[Gambas:Video 20detik]
(iws/iws)